Ketua DK LPS Sebut Ekonomi Membaik, Pengaruhi Performa Industri Perbankan
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. (Foto: ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, industri perbankan terus menunjukkan performa seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia.

“Hal ini didukung oleh permodalan yang solid dan likuiditas yang ample. Per April 2022, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 10,11 persen YoY dan kredit tumbuh sebesar 9,10 persen YoY,” ujar Purbaya dalam keterangan yang dikutip Kamis 9 Juni.

Permodalan perbankan selama pandemi hingga saat ini juga masih solid dengan rasio CAR per April 2022 mencapai 24,32 persen.

Dari sisi risiko, rasio kredit macet atau non performing loang (NPL) gross

juga menunjukkan perbaikan dari kondisi di masa pandemi yang sempat mengalami kenaikan di atas 3 persen, di mana per April 2022, gross NPL berada di level 3,00 persen.

“Kondisi fundamental perbankan yang kuat tersebut tidak lepas dari sinergi di dalam KSSK dalam menciptakan bauran kebijakan yang menjaga industri perbankan tetap stabil,” tambahnya.

Terkait suku bunga simpanan maupun suku bunga kredit, ia menjelaskan, sejak Februari 2021 hingga Mei 2022, seiring dengan kebijakan penurunan tingkat bunga penjaminan, suku bunga deposito 1 dan 3 bulan terpantau masih mengalami penurunan meskipun penurunannya semakin melambat.

Hal tersebut, lanjut Purbaya, turut berkontribusi dalam penurunan cost of fund perbankan, sehingga mendukung penurunan suku bunga kredit.

"Tren penurunan tingkat bunga penjaminan ini sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan bank sentral. Dalam kebijakannya, LPS terus bersinergi dengan bank sentral selaku otoritas kebijakan moneter untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Perkembangan likuiditas yang tetap longgar memberikan ruang yang cukup bagi perbankan untuk mengelola biaya dana atau suku bunga simpanan di level yang rendah,” jelasnya.

Jika dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara, suku bunga kredit di Indonesia masih merupakan yang tertinggi.

Hal ini mengindikasikan adanya ruang untuk perbaikan struktur perbankan di Indonesia agar dapat beroperasi dengan lebih efisien.