JAKARTA - Google mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar dalam sejarah perusahaan yakni mencapai 12.000 karyawan.
Sementara Amazon memangkas hampir 18.000 karyawannya. Dan teranyar, Spotify memangkas 400 karyawan.
Lalu, bagaimana prospek investasi di sektor teknologi tahun 2023 ini?
Direktur Segara Insitute Piter Abdullah mengatakan, fenomena PHK di sektor teknologi disebabkan oleh banyak faktor. Bukan hanya faktor ekonomi melemah. Tetapi juga karena sektor teknologi yang tumbuh terlalu cepat, sehingga harus mengalami koreksi.
Menurut Piter, koreksi itu momentumnya terjadi di tengah kondisi global yang menurun.
Meski begitu, ia menilai koreksi ini adalah fenomena biasa, sebagai sebuah business cycle.
“Masa depan industri digital sendiri tetap menjanjikan sejalan dengan arah masa depan yang dipastikan adalah kehidupan digital,” tuturnya saat dihubungi VOI, Selasa, 24 Januari.
Piter memprediksi, tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya untuk industri sektor teknologi. Meksipun belum pada tahap kebangkitan.
“Tahun 2023 saya perkirakan belum menjadi tahun kebangkitan kembali industri digital. Tetapi tahun 2023 tidak akan sesuram tahun 2022,” ucapnya.
PHK Masih Berlanjut
Berbeda pandangan, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, tren PHK di sektor digital bakal terus berlanjut dengan empat penyebab utama.
“Pertama, karena berkurangnya pendapatan iklan dan layanan premium perusahaan digital karena ancaman resesi ekonomi terutama basis pelanggan di negara seperti AS dan Eropa,” kata Bhima kepada VOI.
Kedua, perubahan pola konsumsi yang sebelumnya full online pada saat pandemi, akhirnya saat ini kembali ke belanja secara fisik.
Ketiga, tekanan suku bunga yang naik, membuat investor menghindari pembelian aset perusahaan teknologi karena dianggap terlalu berisiko.
Terakhir, kata Bhima, beberapa perusahaan melihat situasi ekonomi saat ini sebagai kesempatan untuk menutup lini usaha yang tidak menjanjikan atau tidak profit.
BACA JUGA:
Menurut Bhima, tren konsolidasi perusahaan global akan berlanjut setidaknya hingga kondisi ekonomi membaik.
Kata dia, dampak ke ekonomi langsung terasa, terutama di perusahaan AS yang punya cabang usaha di Indonesia.
“Sejauh ini dampak PHK baru dirasakan ke sebagian kecil sektor jasa keuangan, dan digital. Situasi di AS memang perlu diwaspadai, tapi dalam 5 tahun terakhir sebenarnya ekonomi Indonesia lebih bergantung dengan China, Jepang dan Korea Selatan,” ujarnya.