Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan dengan tegas bahwa pertumbuhan ekonomi global akan semakin melambat dari perkiraan sebelumnya. Hal tersebut disampaikan langsung Gubernur BI Perry Warjiyo kepada awak media di kantornya.

Menurut Perry, asumsi tersebut didasarkan oleh fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.

“Koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar dan disertai dengan meningkatnya risiko potensi resesi terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa,” ujaranya pada Kamis, 19 Januari.

Walau begitu, Perry mengungkapkan, ada sedikit harapan yang bisa dilihat pada tahun depan. Disebutkan jika tumpuan itu berasal dari pemain penting ekonomi di Asia.

“Penghapusan Kebijakan Nol-Covid (Zero Covid Policy) di China diperkirakan akan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global,” tuturnya.

Adapun secara keseluruhan, Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2023 menjadi 2,3 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,6 persen.

“Tekanan inflasi global terindikasi mulai berkurang sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, meskipun tetap di level tinggi seiring dengan masih tingginya harga energi dan pangan, berlanjutnya gangguan rantai pasokan, dan masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa,” jelas dia.

Perry menambahkan, sejalan dengan tekanan inflasi yang melandai maka pengetatan kebijakan moneter di negara maju mendekati titik puncaknya dengan suku bunga diperkirakan masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023.

“Ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang. Tekanan pelemahan nilai tukar negara berkembang juga berkurang,” kata dia.