JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menargetkan acara tahunan Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) yang akan digelar pada Februari mendatang mampu menghasilkan transaksi bisnis yang dapat berkontribusi bagi pertumbuhan perekonomian nasional.
Kepala Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Akbar Djohan menargetkan, kegiatan tersebut mampu mendongkrak perekonomian Indonesia dari sisi logistik hingga enam persen atau lebih tinggi dari capaian pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2022, yakni sebesar 5,72 persen.
Ia juga mengharapkan kegiatan yang akan digelar pada 21-23 Februari 2023 itu bisa mengantongi 20-30 persen total potensi ekonomi logistik (terintegrasi) atau lebih baik dari masa pandemi COVID-19.
"Total ekonomi yang berputar, kalau kami bicara logistik ekosistemnya itu tidak kurang daripada 2.000 triliun, baik itu dari maritimnya, artinya dari moda transportasi lautnya, udaranya, bahkan daratnya. Nah, ini kurang lebih 2.000 triliun. Kami juga enggak terlalu muluk-muluk, paling tidak lebih bagus dari pandemi, ya,"kata Akbar kepada wartawan di Menara Kadin, Jakarta, Kamis, 12 Januari.
Menurut Akbar, target tersebut sudah mampu memberikan harapan dan kontribusi yang baik, yaitu di atas pendapatan revenue pada 3-4 tahun sebelumnya.
"Jadi, kami dari badan logistik Kadin sangat optimistis pertumbuhan generik maupun non generik ini bisa membooster pertumbuhan ekonomi nasional, serta menjadi trigger kami pada awal tahun ini bisa menghidupkan kembali harapan-harapan dari pemerintah," tandasnya.
BACA JUGA:
Sekadar informasi, BIMP-EAGA merupakan acara tahunan pelabuhan peti kemas, pelayaran dan transportasi logistik dan perdagangan dengan tujuan Indonesia mampu mempromosikan dan memfasilitasi perdagangan dan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah BIMP-EAGA melalui transportasi dan logistik.
Forum BIMP-EAGA sendiri didirikan sejak 1994 oleh Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk mempercepat pembangunan sosial ekonomi di empat negara tersebut.
Forum tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kerja sama subregional diantara empat negara di Kawasan Asia Tenggara dan mengadakan pertemuan pada setiap tahunnya.