Harga Beras di Konsumen Ritel Melambung, Ketua Kadin Minta Pemangku Kepentingan Perbaiki Rantai Pasok
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjar Rasjid. DOk: KADIN

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid buka suara soal harga beras yang dinilai masih tinggi. Menurutnya saat ini ada masalah dari sisi distribusi beras di Indonesia. Ia menyebut jika jalur distribusi beras di Indonesia cukup panjang.

"Selama ini, rantai distribusi beras melibatkan 3 pelaku dengan margin masing-masing pelaku mencapai 11 hingga 12 persen," ujarnya kepada media, Sabru 31 Desember.

Ia menilai, dengan banyaknya pelaku yang terlibat dalam distribusi beras ini menyebabkan harga di tingkat konsumen ritel melambung tinggi.

Ia menambahkan, logistik pangan memiliki peran vital dalam memastikan ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau.

"Sistem logistik pangan di Indonesia masih lemah," imbuh Arsjad.

Pernyataan ini didukung oleh data indikator biaya logistik. Ia melihat biaya logistik cukup tinggi sehingga harga beras pada tingkat ritel menjadi relatif mahal. Saat ini, rata-rata harga pasar beras premium tertinggi berada pada level Rp12.000 per kg.

Arsjad menambahkan, ada sekitar 11 daerah yang masih defisit beras.

“Dalam mengatasi permasalahan ini, perbaikan sistem logistik pangan dan pemahaman ekosistem rantai pasokan pangan perlu menjadi perhatian bersama,” lanjut Arsjad.

Arsjad menilai perlunya harmonisasi pelaku usaha dan semua pihak yang berkepentingan terhadap logistik pangan. Harmonisasi ini harus dilakukan untuk memperbaiki jaringan distribusi pangan hingga manajemen stok.

Pemerintah, lanjutnya, wajib mengontrol seluruh ekosistem pangan mulai dari aspek fisik, seperti rantai pasokan, penawaran dan permintaan sehingga tidak terjadi disparitas harga di tingkat petani dan harga eceran yang terlalu besar.

Peningkatan kapasitas produksi juga tetap harus diperhatikan walaupun sebenarnya produksi beras secara nasional sudah cukup terkendali.