Tak Sekadar Konsep, <i>Green and Smart Port</i> jadi Keharusan bagi Pengelola Pelabuhan untuk Peduli Lingkungan dan Sosial di Kawasan Sekitarnya
Ilustrasi - Layanan bongkar muat peti kemas di pelabuhan yang dikelola PT Pelindo III. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mendorong para pengelola pelabuhan untuk membangun pelabuhan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (green and smart port).

"Green and smart port bukan hanya menjadi konsep, tetapi menjadi suatu keharusan yang harus dibangun secara konsisten. Bagaimana pelabuhan tidak hanya memiliki kepentingan ekonomi saja, tetapi juga memperhatikan lingkungan dan juga inklusif atau punya kepedulian sosial di kawasan sekitarnya," kata Budi dalam keterangan persnya, seperti dikutip pada Kamis, 29 Desember.

"Seperti yang dilakukan bapak Presiden di Bali dengan menanam mangrove dan upaya-upaya lainnya," lanjutnya.

Budi mengatakan, kegiatan kepelabuhanan memiliki dampak langsung pada lingkungan, seperti tumpahan minyak, yang dapat mencemari lingkungan.

Oleh karena itu, pengelola pelabuhan perlu menyiapkan langkah-langkah untuk menetralisir dampaknya.

Ia menjelaskan, Kemenhub berkomitmen untuk berupaya mengimplementasikan green port di Indonesia dengan menetapkan kebijakan-kebijakan guna menjamin kelestarian lingkungan di pelabuhan.

Menhub pun berharap pengelola pelabuhan dan stakeholder terkait di sektor pelayaran melakukan upaya secara sistematis dan menunjukkan komitmennya dalam menjaga lingkungan, selain fungsi ekonomi.

"Perlu komitmen kita semua untuk mewujudkan green port," ujar Budi.

Pemerintah melalui Kemenko Marves menargetkan 149 pelabuhan di Indonesia akan menerapkan green and smart port pada 2024. Saat ini, sudah ada 14 pelabuhan yang menerapkan.