Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji menyebut industri minyak dan gas bumi memiliki tiga karakteristik yaitu padat modal, padat teknologi dan padat risiko.

Penemuan teknologi baru ini diyakini akan mempercepat perkembangan industri migas, termasuk di Indonesia yang memiliki potensi gas cukup menjanjikan.

"Pemerintah telah mengindikasikan sejumlah sumber gas dari ujung barat Indonesia (Aceh, North Sumatra) hingga bagian timur negeri ini. Ada potensi gas yang besar seperti Andaman II, North Bali dan Lombok, Masela, dan IDD. Jadi dengan itu semua, kami berharap teknologi baru bisa membuat industri ini bergerak lebih cepat,” ujarnya di Jakarta, Jumat, 2 Desember.

Menurut Tutuka, Artificial Intelligence (AI) akan menjadi salah satu solusi yang cepat untuk mendukung industri migas, terutama meningkatkan penemuan data-data migas.

“Dengan menggunakan big data, kita akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat. Selain itu, AI juga bersifat inklusif jadi bisa dimodifikasi dan diabsorbsi ke model lain. Ini juga hal yang penting. AI merupakan solusi di masa depan,” tambahnya.

Terkait data migas Indonesia, lanjut Tutuka, pemerintah melakukan pelayanan pemanfaatan data yaitu Migas Data Repository (MDR) melalui sistem keanggotaan dan nonanggota.

Bagi anggota, berhak mendapatkan seluruh akses data. Sebaliknya bagi non anggota, hanya dapat mengakses secara terbatas.

“Industri, investor bisa melihat data ini melalui membership dan mempelajarinya sebelum berkomunikasi dengan para pegawai kami di Ditjen Migas maupun SKK Migas,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Tutuka kembali menegaskan bahwa Pemerintah menerima masukan terhadap kebijakan atau upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi migas tanah air.