JAKARTA – Bank Indonesia (BI) dalam pernyataan resminya menyebut bahwa capaian inflasi November yang sebesar 5,42 persen year on year (yoy) membawa harapan tersendiri bagi pencapaian target untuk sepanjang 2022.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, torehan bulan lalu lebih landai jika dibandingkan Oktober yang sebesar 5,71 persen.
“Untuk keseluruhan 2022, Bank Indonesia memandang inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal meskipun masih di atas sasaran 3 persen plus minus 1 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Jumat, 2 Desember.
Menurut Erwin, perkembangan positif inflasi ini tidak terlepas dari pengaruh sinergi kebijakan yang makin erat antara pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID).
“Kami juga terus mengoptimalkan serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan angka inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM,” tuturnya.
Erwin menambahkan, inflasi pada 2023 diperkirakan akan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen.
“Sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan,” tegasnya.
BACA JUGA:
Dari sisi inflasi inti, pada November tercatat 3,30 persen (yoy) atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada Oktober yang sebesar 3,31 persen.
Adapun secara bulanan atau month to month (mtm), inflasi inti di November adalah sebesar 0,15 persen, sedikit menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,16 persen.
“Inflasi inti yang terkendali terutama dipengaruhi oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM yang terbatas dan tekanan inflasi dari sisi permintaan yang belum kuat,” katanya.
“Ke depan, inflasi inti diperkirakan tetap terkendali didorong oleh langkah-langkah pengendalian inflasi yang akan ditempuh. Bank Indonesia akan memperkuat respons kebijakan moneter untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran secara lebih awal, yaitu ke paruh pertama 2023," pungkas Erwin.