JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa laju inflasi pada 2022 akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo di sela-sela pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral anggota G20 (4th FMCBG) di Washington DC, Amerika Serikat.
“Inflasi (indeks harga konsumen/IHK) di akhir tahun akan sedikit lebih tinggi dari 6 persen,” ujarnya pada Rabu waktu setempat.
Menurut Perry, situasi tersebut didorong oleh beberapa hal, terutama berkaitan dengan kebijakan harga yang diatur pemerintah atau administered price.
“Inflasi di dalam negeri Indonesia jauh lebih rendah dibanding negara lain, termasuk kemarin ada penyesuaian harga pertalite dan solar (bersubsidi),” tuturnya.
Perry lantas melakukan komparasi terhadap angka inflasi yang ditorehkan RI dengan kondisi global secara umum.
“Bandingkan dengan inflasi dunia yang mencapai 9 persen, kita tergolong rendah,” imbuhnya.
Bos BI memastikan jika laju inflasi nasional yang merangkak naik bakal kembali melandai seiring dengan makin kuatnya bauran kebijakan moneter dan fiskal.
BACA JUGA:
“Kita secara bersama dengan pemerintah berkeyakinan inflasi ini akan turun, dan akan kembali di bawah 4 persen mulai triwulan III 2023,” tegas dia.
Sebagai informasi, target inflasi pemerintah bersama Bank Indonesia di awal tahun sebenarnya hanya sebesar 3 persen plus minus 1 persen. Akan tetapi sasaran itu kemudian jebol kerena tingginya harga komoditas energi dan pangan akibat ketidakpastian global yang berlanjut.
Adapun, puncak inflasi IHK pada 2022 sempat terjadi pada September yang lalu dengan membukukan 5,95 persen. Kondisi ini kemudian direspon BI dengan mengerek suku bunga acuan 75 basis points (bps) menjadi 4,25 persen guna meredam peningkatan yang lebih tinggi.