Kadin Dukung Industri Tekstil Terapkan Prinsip Berkelanjutan
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Industri tekstil nasional didorong untuk menerapkan prinsip berkelanjutan pada seluruh mata rantau operasional oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid.

"Hal ini sejalan dengan Kadin Net Zero Hub, yakni sebuah ekosistem yang menghubungkan seluruh pemangku kepentingan dalam energy transtition dalam upaya dekarbonisasi," kata Arsjad dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis 1 Desember.

Arsjad menyampaikan hal itu pada "Indonesia Sustainable Conference 2022” yang diselenggarakan lembaga nirlaba tekstil berkelanjutan, Rantai Tekstil Lestari (RTL).

Sementara itu, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti menegaskan bahwa Bappenas berkomitmen untuk ikut mewujudkan terbentuknya masterplan tekstil Indonesia.

Menurut Amalian, masterplan tersebut mencakup peta jalan transformasi industri tekstil dan fesyen yang berkelanjutan.

"Dengan kolaborasi, nantinya kita dapat menyusun peta jalan yang sejalan dengan prinsip SDGs, yaitu dengan pendekatan perencanaan pembangunan yang tematis, holistik, integratif dan spasial," paparnya.

Sementara itu, Ketua Umum RTL Basrie Kamba mengatakan fesyen berkelanjutan dan sirkular fesyen bukan hanya sebuah tren yang muncul sesaat, lalu kemudian lenyap, melainkan transformasi nyata yang perlu dilakukan terus menerus.

"Hanya dengan aksi kolaborasi termasuk melakukan beberapa pilot project antarpemangku kepentingan, termasuk industri, akademisi, desainer, pemilik merek internasional, dan pemerintah, Indonesia akan mampu mengatasi tantangan dan mendapatkan porsi dari pasar tersebut yang saat ini masih dalam kisaran 10 miliar dolar AS," kata Basrie .

Menurut Basrie, industri fesyen global senilai 1,3 triliun dolar AS per tahun sedang memasuki era pembangunan yang berkelanjutan dan sirkular.

Indonesia, dengan nilai ekspor sebesar 13 miliar dolar AS tahun lalu, masih merupakan produsen tekstil penting dan inti dari rantai pasokan dunia, untuk itu Indonesia perlu menangkap peluang yang masih sangat besar tersebut.

"Reformasi rantai industri sirkular dan praktik ekonomi sirkular di industri TPT global ini tentunya akan memberikan tantangan sekaligus peluang bagi para pemain Indonesia," tukas Basrie.