BI Sebut Permintaan Domestik Mampu Topang Perekonomian RI di Tengah Ancaman Resesi Global
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa permintaan domestik membantu dalam menopang perekonomian di tengah isu resesi global yang disebut-sebut terjadi pada 2023.

"Kita lihat dari sisi ekspor ya masih surplus, tapi memang ada tantangan ke depan apakah permintaan global tinggi. Tapi tentunya ada dukungan dari permintaan domestik, konsumsi investasi mulai berjalan," kata Dody usai peluncuran buku penguatan strategi ekonomi dan pariwisata di kawasan The Nusa Dua, Bali, dikutip dari Antara, Jumat 18 Desember.

Di Kabupaten Badung, Jumat, Dody menyebut perekonomian nasional juga hingga kini masih berdaya tahan. Permintaan domestik membaik ditopang konsumsi swasta yang tetap tinggi, kinerja ekspor yang positif, dan kuatnya keyakinan konsumen.

"Hal ini tercermin pada pertumbuhan ekonomi triwulan III 2022 yang mencapai 5,72 persen (yoy), lebih tinggi dari capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,45 persen (yoy). Perkembangan yang baik ini juga tercermin pada kinerja berbagai lapangan usaha dan ekonomi seluruh wilayah yang tetap baik," ujarnya.

Keyakinan bahwa pada tahun 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan kuat ditopang permintaan domestik yang solid juga tercermin dari kondisi di tahun ini.

Dody menyebut, kebijakan stimulus pemerintah melalui bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat dari dampak kenaikan inflasi atas konsekuensi pengalihan subsidi BBM sebagai salah satu contoh penopang perbaikan perekonomian.

Dengan perkembangan tersebut, kata dia, pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan tetap bisa ke atas dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3 persen.

"Ini menjadi penting, di tengah ekspor yang mulai melambat ada yang menggantikan (permintaan domestik, Red). Jadi dengan itu keyakinan kami dari Bank Indonesia bahwa ekonomi kita di tahun depan tumbuh cukup baik, kami optimistis meskipun mungkin tetap di bawah perkiraan awal karena memang secara global mengalami penurunan," kata Dody.

Di sektor pariwisata yang mulai pulih, Deputi Gubernur Bank Indonesia itu juga berharap sisi konsumsi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara tak terdampak atas resesi global, kecuali jika pandemi kembali mengguncang dunia serta terjadi pembatasan mobilitas.

"Tapi sekarang pertama kita harus sadar bahwa seandainya turis domestik menggantikan turis asing, itu tetap akan memberikan sumbangan nilai tambah bagi perekonomian di daerah, ya tentunya tetap harapannya turis asing, tapi kalau turis Indonesia bisa kita dorong, akan ada nilai tambah," ujarnya.

Selain berpacu pada dukungan permintaan domestik, Dody menyampaikan bahwa pihaknya juga merespon kondisi ekonomi, yaitu tingginya ekspektasi inflasi menjadi sebesar 3,31 persen melalui kebijakan menaikkan suku bunga.

"Berdasarkan perkembangan tersebut, baru saja kemarin Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga kebijakan (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen," ujarnya.

Ia menyampaikan bahwa kebijakan ini adalah langkah front loaded, preemptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran di paruh pertama 2023.

Kebijakan ini disebut refleksi dari komitmen Bank Indonesia mengarahkan bauran kebijakan demi menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi.

"Kebijakan moneter Bank Indonesia kami arahkan untuk menjaga stabilitas (pro stability), sedangkan empat kebijakan lainnya yaitu makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan, serta ekonomi keuangan hijau dan inklusif, diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," kata Dody.