JAKARTA - World Bank menyatakan siap mendukung langkah transisi energi di Indonesia guna mengurangi emisi karbon. Di antaranya melalui pembangunan energi baru terbarukan seperti energi surya, angin, dan hydro.
Menanggapi rencana World Bank, Pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, dukungan dari lembaga internasional dan negara maju penting bagi upaya transisi energi di negara berkembang seperti Indonesia.
"Karena kita Indonesia mempunya resource yang berlimpah ruah tetapi tidak punya teknologi, tidak punya dana juga," ujar Fahmy, Selasa 15 November.
Fahmy mencontohkan, untuk memensiunkan dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dibutuhkan dana sekitar 500 miliar dolar AS. Hal itu, kata dia, tentu berat jika hanya ditanggung negara.
"Saya kira negara-negara maju dan lembaga seperti World Bank, IMF agar membantu agar tercipta zero carbon," katanya.
Fahmy menegaskan, pentingnya agenda G-20 untuk mengingatkan negara maju dan lembaga internasional terkait Paris Agreement. Kesepakatan itu mencakup bantuan untuk mitigasi perubahan iklim dengan memberikan dukungan pada aspek pendanaan, teknologi, dan peningkatan kapasitas pada negara berkembang.
Meski demikian, kata Fahmy, kondisi global sekarang sedang tidak baik-baik saja. Sehingga realisasi komitmen tersebut akan terkendala.
"Itu saya kira forum yang tepat untuk menagih janji negara maju dan World Bank, hanya masalahnya saat ini sedang krisis global. Bahkan negara maju pertumbuhan ekonominya sangat rendah, sehingga barangkali akan sulit juga kalau harus mengeluarkan dana untuk itu, yang bisa dilakukan hanya itu. Harus realistis juga karena sekarang masih krisis global," ucapnya.
BACA JUGA:
Meski demikian, Fahmy menilai, Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum Presidensi G-20 dan Keketuaan ASEAN 2023 untuk meneguhkan komitmen Paris Agreement. Kata Fahmy, Indonesia bisa menggalang suara dari negara ASEAN dan negara berkembang lain seperti Brasil untuk bersama menyuarakan mitigasi perubahan iklim.
"Saya kira bisa juga seperti itu atau menguatkan komitmen agar mereka merealisasikan. sebab tanpa bantuan dari negara maju dan World Bank saya kira mustahil negara berkembang, termasuk Indonesia untuk mewujudkan transisi energi," pungkasnya.
Sebelumnya, kesiapan World Bank mendukung langkah transisi energi di Indonesia guna mengurangi emisi karbon terungkap saat Managing Director of Operations World Bank Axel van Trotsenburg bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di sela-sela Business 20 Summit di Nusa Dua, Bali, kemarin.
Airlangga mengatakan, Indonesia saat ini sedang mengembangkan energi hydro di kawasan Kalimantan Utara.
"Nantinya listrik yang dihasilkan tidak hanya diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia, namun dapat dijual ke Brunei Darussalam dan Filipina,” kata Airlangga.