JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan menggandeng perusahaan energi asal Amerika Serikat, Chevron Corporation untuk menggarap pengembangan potensi green hydrogen dan green ammonia. Saat ini, rencana tersebut masih dalam tahap kajian atau join study.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina Power Indonesia (PPI) Fadli Rahman mengungkapkan rencana kerja sama itu sudah dibicarakan Pertamina dan Chevron sejak 2021. Kemudian, di pertengahan 2022 dilakukan kesepakatan penandatangan kerja sama.
Fadli mengatakan di tahun ini Pertamina akan menindaklanjuti kolaborasi tersebut melalui kajian bersama.
"Memang sudah ditandatangani (kerja sama) di pertengahan tahun ini. Nah ini ditindaklanjuti oleh kita, bahwa kita perlu membuat proyek yang konkret dengan mereka (Chevron), bagaimana kita berkolaborasi memanfaatkan kapabilitas yang mereka punya di Indonesia," tuturnya.
Lebih lanjut, Fadli menjelaskan proses penggarapan green hydrogen dan green ammonia akan dilakukan di kawasan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) di Sumatera yang dinilai potensial.
"Kemungkinan besar di area Sumatera. Seluruh area di Sumatera dilihat potensinya," ucapnya.
BACA JUGA:
Sekadar Informasi, pada Mei 2022 lalu, Chevron dan Pertamina sudah mengumumkan kerja sama untuk menjajaki potensi peluang bisnis rendah karbon di Indonesia.
Adapun kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) di Washington, yang dihadiri oleh Jay Pryor, Vice President Corporate Business Development, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Menteri Koordinator bidang Kementerian Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
Kerja sama Chevron dan Pertamina juga menjadi bagian untuk mendukung target Net Zero Emission di Indonesia pada 2060. Dimana Pertamina berkomitmen untuk meningkatkan bauran energi terbarukan dari 9,2 persen pada 2019 menjadi 17,7 persen pada 2030.