Dianggap Hama, Lintah Justru jadi Komoditas Ekspor Provinsi Bengkulu: 6.000 Ekor Bakal Masuk Malaysia dan Filipina
Foto: Dok. Antara

Bagikan:

BENGKULU - Provinsi Bengkulu mengekspor sebanyak 6.000 ekor lintah ke dua negara yaitu Malaysia dan Filipina. Rinciannya, 5.000 dikirim ke pasar Malaysia dan 1.000 ekor lintah dikirim ke Filipina.

"Provinsi Bengkulu merupakan wilayah pertama di Indonesia yang melakukan ekspor lintah," kata Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BPKIPM) Kementerian Kelautan dan Perikanan Pamuji Lestari dikutip Antara, Rabu 26 Oktober.

Ia menyebutkan bahwa lintah hidup merupakan komoditas yang banyak dicari di negara ASEAN, sebab dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengobatan alternatif untuk mengatasi hipertensi, diabetes, mempercepat penyembuhan luka dan menjaga kesehatan kulit.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sultan Lintah Indonesia untuk melakukan ekspor mandiri komoditas lintah hasil budidaya nya.

Dengan adanya kegiatan ekspor ini dapat mendorong UMKM komoditas lain di Provinsi Bengkulu untuk melakukan ekspor produk ke luar negeri.

Untuk jenis lintah hidup yang diekspor Bengkulu merupakan jenis Hirudo Mannilensis yang dapat digunakan untuk pengobatan dan bahan baku kosmetik.

Salah satu budidaya lintah di Bengkulu Pendi menjelaskan bahwa komoditas lintah memiliki peluang besar di pasar ekspor meskipun lintah dianggap hama oleh masyarakat.

"Saya senang adanya kegiatan ekspor ini meskipun banyak masyarakat yang beranggapan bahwa lintah merupakan hama," ujarnya.

Sebelumnya, Provinsi Bengkulu telah melakukan ekspor lintah sebanyak 1.000 ekor lintah ke Malaysia yang digunakan sebagai salah satu pengobatan.

​​​​​

Diketahui, pelepasan ekspor perdana tersebut juga merupakan hasil sinergi dan kolaborasi BKIPM didukung Pemprov Bengkulu, Angkasa Pura II, Garuda Indonesia, dan Bea Cukai Bengkulu.