Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa stabilitas sistem keuangan (SSK) pada semester I 2022 tetap terjaga di tengah perlambatan pemulihan perekonomian global dan dengan didukung oleh terus berlanjutnya pemulihan perekonomian domestik.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan terjaganya sistem keuangan tercermin dari intermediasi yang tumbuh tinggi, ketahanan sistem keuangan yang kuat, dan inklusi keuangan yang meningkat.

“Sinergi dan inovasi kebijakan menjadi kunci tetap stabilnya sistem keuangan di tengah ketidakpastian global,” ujarnya dalam pernyataan resmi dikutip Minggu 23 Oktober.

Menurut Perry, Bank Indonesia meyakini bahwa SSK ke depan akan tetap terjaga, meskipun beberapa tantangan global maupun domestik perlu diwaspadai. Diungkapkan pula jika bank sentral melihat tiga poin penting yang menjadi perhatian saat ini.

Pertama, asesmen BI menunjukkan bahwa stabilitas sistem keuangan berada dalam kondisi yang terjaga di tengah perlambatan ekonomi dunia, tingginya inflasi global serta agresifnya pengetatan kebijakan moneter negara maju.

Kedua, inovasi kebijakan, termasuk kebijakan makroprudensial akomodatif terus diperkuat untuk mendorong kinerja intermediasi serta inklusi keuangan, dengan tetap menjaga ketahanan sistem keuangan.

“Serta yang ketiga adalah sinergi kebijakan Bank Indonesia dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” tuturnya.

Berdasarkan catatan VOI, BI memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75 persen sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting).

Adapun dari sisi inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan berada di level 5,95 persen pada September 2022. Sementara itu indikator makro lainnya, yakni APBN, diketahui masih mencatatkan surplus Rp60,9 triliun hingga bulan lalu.