Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian BUMN terus berusaha menjaga ketahanan pangan dan energi di tengah ancaman ketidakpastian global. Salah satunya pada komoditas gula.

Untuk meningkatkan produksi dan hilirisasi gula, Kementerian BUMN membuat trobosan dengan membentuk SugarCo.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan langkah tersebut sejalan dengan prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang selalu menekankan pembangunan ekosistem dan mengurangi ketergantungan rantai pasok dunia untuk sektor pangan dan energi.

"Kementerian BUMN sungguh-sungguh mendorong ketahanan pangan dan energi Indonesia, sesuai arahan Presiden Jokowi. SugarCo atau holding pabrik gula ini bagian transformasi Holding Perkebunan," katanya dikutip dari Instagram resminya @erickthohir, Senin, 10 Oktober.

Kata Erick, tujuan dibentuknya SugarCo tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, juga meningkatkan kesejahteraan petani tebu, menjaga stabilitas harga gula petani.

Lebih lanjut, Erick mengatakan, SugarCo juga nantinya akan menjadi produsen bioetanol yang merupakan turunan dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM).

"SugarCo PTPN bersinergi dengan Pertamina, dalam uji coba pengembangan bioetanol untuk dicampur dengan BBM, sehingga lebih ramah lingkungan. InsyaAllah, ekosistem pangan dan energi yang kami bangun bisa memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional," katanya.

Erick menargetkan, dengan sinergi ini, produksi gula nasional yang sebelumnya hanya 2,35 juta ton akan naik menjadi 4,73 ton dan terus meningkat hingga mencapai 5,7 juta ton.

Selain itu, Erick juga mendorong peningkatan pendapatan petani dari Rp13,1 juta per hektare (ha) menjadi Rp32,1 juta per ha.

"Tentunya ini harus bertahap. Karena perlu pupuknya, bibitnya, dan offtaker-nya. Kita juga dorong agar ini menghasilkan 1,2 juta kilo liter minyak mentah, dan Pertamina diharapkan menjadi offtaker juga. Sehingga ada kepastian bagi pertani," ucapnya.