Bagikan:

JAKARTA - Industri asuransi dinilai mulai menggeliat seiring berangsur pulihnya kondisi ekonomi pascapandemi COVID-19, sehingga menjadi peluang bagi perusahaan asuransi jiwa menggarap pasar yang tumbuh ke arah normal.

"Kami menyadari minat masyarakat Indonesia terhadap asuransi mulai meningkat terutama sejak adanya pandemi. Hal ini terlihat dari hasil survei Manulife Asia Care 2020 yang yang menyatakan 72 persen responden Indonesia ingin membeli polis baru dalam enam bulan ke depan," ujar Direktur & General Manager Agency PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Novita J Rumngangun dalam keterangannya dikutip Antara, Minggu 9 Oktober.

Menurut dia, sepanjang 2021, Manulife Indonesia meraih pendapatan bersih premi asuransi Rp12,1 triliun atau meningkat 42 persen dibandingkan 2020.

Kinerja premi bisnis baru pada 2021 tumbuh 35 persen dari sebelumnya Rp5,6 triliun menjadi Rp7,5 triliun, berdasarkan Annualized Premium Equivalent.

Sementara, menurut laporan kinerja pada 2021 dari 58 perusahaan anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), industri asuransi jiwa mencetak pendapatan Rp241,2 triliun atau naik 12 persen.

Novita menjelaskan Manulife senantiasa melakukan inovasi produk dan layanan untuk memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat yang beragam.

Termasuk, membekali para tenaga pemasar dengan berbagai platform digital untuk memudahkan mereka memenuhi kebutuhan nasabah dan masyarakat luas. Terutama dalam hal kemudahan pencairan klaim. Sepanjang tahun 2021, Manulife Indonesia membayar klaim senilai Rp8,9 triliun.

Novita optimistis kinerja Manulife Indonesia semakin positif melihat kondisi ekonomi Indonesia. Tercatat, pada 2019, agen Manulife Indonesia sebanyak 4.593 orang, pada 2020 melonjak menjadi 5.978 orang, dan hingga September 2022, sudah mencapai 8.589 agen.

Peningkatan signifikan itu sesuai target yang ditetapkan di awal tahun yakni penambahan 7.777 agen baru di tahun ini.

"Agen merupakan profesi mulia. Tidak hanya bicara mengenai bisnis, atau sekadar closing hingga nasabah menerima polis mereka. Agen atau yang kami biasa sebut Life Planner juga berkontribusi meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia, sehingga lebih sadar akan perencanaan masa depan dan keuangan," tutur Novita.

Kebutuhan agen memang sangat diperlukan, apalagi penetrasi asuransi di Indonesia baru empat persen dari populasi penduduk. Padahal, jumlah agen asuransi masih minim.