Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan generasi Z dan generasi Y yang dianggap sebagian orang generasi “kepo” akan membuat transformasi digital di Indonesia lebih cepat.

Generasi Z dan generasi Y dianggap memiliki tiga ciri utama, yakni agile, kreatif, dan curiosity (memiliki keingintahuan yang tinggi).

“Mungkin banyak yang bilang ini generasi 'kepo', ya benar. Tapi kalau kepo-nya positif, enggak apa-apa, karena ini akan membuat transformasi digital kita lebih cepat, dan pemerintah harus memberikan program yang tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu,” kata Sandiaga dikutip dari Antara, Jumat, 7 Oktober.

Salah satu bentuk transformasi digital yang sedang didorong ialah pemberian visa terhadap digital nomad.

Presiden Joko Widodo disebut telah mendorong para pemangku kepentingan terkait guna memberikan visa dan persyaratan yang diinginkan digital nomad agar mereka tak berpindah ke tempat lain.

Sandiaga menceritakan pengalaman ketika mendatangi Bali, lalu bertemu dengan sejumlah orang di Canggu yang sudah menciptakan semacam digital help bagi digital nomad.

Adanya digital help merupakan solusi yang membuat para digital nomad tetap berminat berkunjung ke Bali, terutama Canggu.

“Canggu berada di peringkat nomor dua sebagai destinasi yang paling diminati oleh digital nomad, Indonesia negara terindah menurut Forbes, Bali destinasi ter-happy di dunia. Kita sudah punya semuanya, jadi pemerintah harus cepat memberikan kebijakan yang memfasilitasi mereka dengan lebih baik,” ungkap Sandiaga.

Upaya mempercepat pemberitaan visa kepada digital nomad merupakan perwujudan dari konsep Gercep, yakni Gerak Cepat.

Kedua, pihaknya mengajak berbagai pemangku kepentingan untuk mengawal momentum kepulihan pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di Indonesia sebagai perwujudan dari Geber (Gerak Bersama).

Seperti diketahui, sektor parekraf tanah air berada di posisi 32 atau meningkat 12 peringkat berdasarkan Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) pada tahun 2021. Posisi tersebut berada di atas Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

Karena itu, ia menekankan masyarakat tetap berwisata di Indonesia sehingga posisi sektor pariwisata dapat semakin lebih berkembang.

Begitu pula dengan sektor ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia yang menempati posisi ketiga di dunia.

“Amerika Serikat berada di posisi pertama dengan Hollywood, country music, dan Coachella. Kedua adalah Korea Selatan karena ada drakor (drama Korea) dan K-Pop, tapi Indonesia sudah di posisi tiga dengan 7,5 persen kontribusi ekraf terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) kita,” ucapnya.

Ia mengajak masyarakat mengurangi tontonan drakor dan beralih menonton drama horor (drahor) seperti KKN di Desa Penari dan Pengabdi Setan 2.

Menparekraf juga meminta warga Indonesia untuk lebih sering mendengar dangdut koplo (D-Kop) sembari mengurangi musik-musik K-Pop.

Jika melakukan kedua hal tersebut, Sandiaga memprediksi sektor ekraf Indonesia dapat mengungguli Korea Selatan dalam waktu 5-10 tahun ke Indonesia. Apalagi Indonesia memiliki 270 juta penduduk, pengguna internet yang besar, dan ekosistem digital yang baik.

Terakhir, pihaknya juga melakukan Gaspol (garap semua potensi online) mengingat Indonesia memiliki nilai ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, tanah air turut menjadi tujuan investasi terpopuler di ASEAN dengan total Rp300 triliun.

“Life is digital, ini sudah keniscayaan. Tatanan ekonomi baru sangat go digital,” ujar Sandiaga.