Atasi Dampak Pelemahan Rupiah, Wamen BUMN Siapkan Tiga Strategi untuk PLN dan Pertamina
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, Pahala Mansury. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, Pahala Mansury meminta PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) untuk melakukan beberapa strategi agar tidak tergerus oleh pelemahan rupiah dan peningkatan suku bunga yang diperkirakan akan terjadi dua tahun ke depan.

Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan meminta PLN dan Pertamina untuk dapat mengendalikan belanja modal atau capital expenditure (Capex) di bawah Rp100 Triliun.

"Kepada PLN kami sampaikan untuk kendalikan capexnya di bawah Rp100 triliun khususnya di sektor pembangkitnya," ujarnya dalam Energy Corner, Senin 3 Oktober.

Hal yang sama juga berlaku bagi Pertamina yang juga diminta untuk berhati-hati dalam melakukan review capex dan memastikan capex yang ada betul-betul dimanfaatkan untuk hal yang relevan bagi pengembangan bisnis ke depannya.

"Kalau pengembangan untuk kilang misalnya kita minta mereka untuk terus melakukan proses tersebut, tapi untuk capex lainnya kami minta untuk bisa dikendalikan," lanjutnya.

Strategi kedua yang dilakukan adalah dengan berhati-hati dalam memilih produk pinjaman. Ia menyarankan kedua BUMN tersebut untuk memilih opsi pinjaman dari perbankan dibandingkan dengan bentuk pinjaman obligasi.

"Jadi kita sarankan mungkin dibandingkan untuk melakukan peminjaman dalam bentuk pinjamn obligasi, mungkin lebih melihat kepada pinjaman bank karena biasanya di bawah 5 tahun," lanjut Pahala.

Strategi ketiga yang dilakukan oleh kedua BUMN energi tersebut adalah dengan melakukan strategi lindung nilai atau hedging di atas 25 persen dari kewajiban yang biasanya dilakukan sebesar 25 persen.

Khusus untuk Pertamina, Kementerian BUMN meminta untuk melakukan hedging di sisi bahan baku dan komoditas.

"Dari sisi Pertamina untuk memastikan bahwa selain BBM dan crude untuk review kemungkinan melakukan hedging dari sisi supply bahan baku. Bulan Agustus September yang lalu mereka mulai hedging komoditas," pungkas Pahala.