Sepakati Pengelolaan Aset Bermasalah Bukopin Rp1,3 Triliun, PPA Tegaskan Komitmen Optimalisasi Kepemilikan Saham Minoritas
Foto: Dok. PPA

Bagikan:

JAKARTA - PT Bank KB Bukopin Tbk terus berupaya melakukan perbaikan kualitas aset dengan menggandeng PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melalui kerja sama pengelolaan aset berkualitas rendah. Nilainya Rp1,3 triliun.

Direktur Keuangan KB Bukopin Seng Hyup Shin mengatakan, kerja sama antara KB Bukopin dan PPA merupakan wujud komitmen kami untuk senantiasa melakukan perbaikan. "Melalui kerja sama ini, KB Bukopin akan merampungkan penyelesaian atas aset berkualitas rendah senilai Rp1,3 triliun dengan skema asset swap sehingga dapat memperbaiki kinerja KB Bukopin,” tutur Shin dalam keterangannya, dikutip Kamis 29 September.

Shin menambahkan, atas transaksi tersebut, perseroan dapat menurunkan jumlah aset berkualitas rendah. “Kerja sama ini diharapkan dapat membantu KB Bukopin untuk tetap konsisten dalam pengelolaan aset berkualitas rendah,” ujar Shin.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PPA Yadi Jaya Ruchandi mengatakan, kerja sama ini merupakan komitmen kami dalam mengoptimalisasikan kepemilikan saham minoritas pada KB Bukopin sebagaimana yang diamanatkan oleh Kementerian BUMN kepada PPA. Kerja sama ini juga semakin memperkuat peran nyata PPA yang dipercaya institusi finansial nasional maupun global sebagai mitra dalam pengelolaan aset berkualitas rendah perbankan.

PPA melakukan pengelolaan aset berkualitas rendah KB Bukopin dengan menggunakan skema asset swap, yaitu penukaran aset berkualitas rendah dengan aset produktif berupa sukuk. Dalam hal ini, PPA melakukan penerbitan instrumen keuangan syariah tersebut di mana dana yang diperoleh akan dipergunakan untuk keperluan dana korporasi.

“Pendekatan inventif skema asset swap telah terbukti mampu menyelesaikan tantangan yang dihadapi perbankan dalam mengelola aset berkualitas rendah secara efektif dengan manajemen risiko yang terukur. PPA juga bekerja sama dengan stakeholders terkait untuk mendapatkan pemulihan yang optimal,” kata Yadi menambahkan.