Bagikan:

JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) memfasilitasi penyerapan live bird atau ayam hidup melalui kerja sama dengan BUMN serta asosiasi peternak dan pedagang demi menjaga stabilitas harga ayam hidup di tingkat peternak.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya sudah mulai menyerap 10 ton ayam hidup langsung dari peternak dalam dua hari ini seharga Rp21.000 per kilogram.

Jumlah tersebut masih akan bertambah seiring dengan upaya penyerapan yang terus dilakukan di bulan selanjutnya.

“Fasilitasi penyerapan ayam hidup ini merupakan salah satu langkah strategis untuk memberikan kepastian harga live bird di tingkat peternak. Ini merupakan upaya kongkret dan akan terus dilakukan dengan menggandeng berbagai stakeholder peternakan,” kata Arief dikutip dari Antara, Selasa, 13 September.

Arief menjelaskan, upaya fasilitasi ini merupakan hasil dari kolaborasi Bapanas bersama BUMN dan Asosiasi Perunggasan.

BUMN melalui Perum Bulog dan Holding BUMN Pangan yang diwakili PT Berdikari, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, dan BGR Logistik Indonesia menyiapkan instrumen penyerapan dan logistiknya.

Sedangkan asosiasi menyiapkan stok ayam hidup. Asosiasi yang terlibat dalam kerja sama ini yakni, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar).

“BUMN Pangan PT PPI dan PT Berdikari selaku off taker melakukan pencarian dan pembelian live bird di lokasi sentra. Sedangkan, NFA memberikan fasilitasi distribusi pangan dari lokasi kandang ke rumah potong unggas. Selanjutnya, BUMN Pangan menyalurkan hasil produksi daging ayam ke Horeka dan distributor lainnya,” kata Arief.

Penyerapan ayam hidup langsung dari peternak oleh BUMN Pangan, lanjurnya, dilakukan dengan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan (HAP) daging ayam yang disepakati para stakeholder perunggasan.

“Sebagai solusi jangka panjang, NFA bersama para stakeholder peternakan telah duduk bersama menyusun dan menyepakati HAP daging ayam ras/live bird di tingkat peternak, yaitu Rp21-23.000. Angka ini berdasarkan perhitungan berbagai komponen biaya yang membentuk harga pokok produksi, seperti harga DOC, pakan, rata-rata berat panen, obat dan vaksin, serta biaya operasional,” paparnya.

Saat ini, kata Arief, HAP tersebut dalam proses pengundangan peraturan Badan Pangan Nasional.

"Seluruh pelaku usaha dan stakeholder perunggasan nasional harus komitmen untuk menjalankan HAP tersebut, sehingga stabilitas harga daging ayam baik di tingkat peternak dan konsumen dapat terjaga,” katanya.

Solusi jangka panjang lainnya, kata dia, membangun ekosistem perunggasan hulu-hilir, salah satunya dengan memastikan ketersediaan dan stabilitas harga jagung sebagai pakan.

Untuk menjaga pasokan jagung di sentra produksi unggas, sampai September ini NFA telah memfasilitasi pendistribusian jagung dari NTB ke Kendal dan Blitar sebanyak 2,7 juta kg. Ke depannya, Bapanas akan menyusun HAP pakan ternak.

Berdasarkan data Panel Harga Pangan NFA, per 11 September 2022 harga rata-rata nasional ayam hidup tingkat produsen Rp21.380/kg, dengan harga tertinggi Rp24.170 di Kalimantan Selatan dan terendah Rp17.000 di Sumatera Selatan.

Untuk ketersediaan daging ayam ras, berdasarkan data Neraca Pangan Nasional, sampai akhir September 2022 diperkirakan stok daging ayam ras berada di 602 ribu ton, sementara sampai akhir Desember 2022 berada di 903 ribu ton.

“Dapat dikatakan untuk ketersediaan daging ayam ras nasional berada di posisi aman. Upaya menjaga ketersediaan pangan lainnya juga terus kami lakukan. Stok pangan kami pantau secara harian naik-turunnya, hal ini sesuai arahan Presiden RI agar kita semua meningkatkan kewaspadaan di tengah ancaman krisis pangan global,” ujar Arief.