1 Juta Warga Jakarta Penerima Manfaat Program Pangan Murah Tak Terdampak Gejolak Harga Telur
Foto: Dok. Food Station Tjipinang Jaya

Bagikan:

JAKARTA - Beberapa waktu belakangan ini masyarakat dibuat menjerit dengan melonjaknya harga telur ayam yang meledak pada sejumlah daerah di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Pasalnya di pasar tradisional, harga telur ayam di atas Rp30 ribu per kilogram.

Abdullah Mansuri selaku Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia menyampaikan bahwa harga telur sekarang adalah harga termahal sejak 5 tahun terakhir. Abdullah menambahkan, harga telur awalnya sekitar Rp27.000/kg, lalu naik menjadi Rp29.000 /kg. Kemudian naik lagi Rp30.000 hingga Rp 32.000/kg.

"Ini harga tertinggi dalam sejarah 5 tahun terakhir Kementerian Perdagangan (Kemendag) bekerja," ujar Abdullah, dalam keterangannya, Jumat 26 Agustus.

Tak ayal, gejolak harga telur tersebut, menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kini telah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo.

"Kenaikan harga telur ini menjadi ditanyakan langsung oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi," kata ke Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini saat ditemui usai rapat bersama Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2022.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Pamrihadi Wiraryo secara terpisah juga prihatin terhadap gejolak harga telur ini. Menurutnya kenaikan harga telur  ayam disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain gangguan distribusi, kenaikan harga juga terjadi karena kenaikan pakan ternak untuk ayam petelur, karena beberapa komponen pakan didapatkan bungkil kedelai, di mana harga kedelainya yang impor naik cukup tinggi.

Pada saat pandemi, peternak mengurangi pembelian DOC (Day Old Chick), sehingga jumlah populasi ayam petelur yang di ternakkan relatif tidak sebanyak kondisi normal. Selain itu kenaikan harga telur juga dipicu seminggu yang lalu adanya pencairan program BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) program Kemensos yang dirapel, dimana di dalamnya ada produk telur ayam.

Sepertinya karena faktor itu (momen pencairan BPNT). Banyak persediaan telur yang dibeli oleh agen, sehingga persediaan telur berkurang. Hal ini dinilai merupakan faktor dominan, mengapa terjadi kenaikan harga telur ayam.

Selanjutnya untuk mencegah gejolak harga telur berulang, program apapun yang disiapkan oleh Kemensos hendaknya berjalan konsisten sesuai jadwal dan tidak on-off yang akhirnya mengakibatkan volatilitas harga.

"Ini penting dilakukan agar peternak ayam petelur bisa membuat perencanaan yang baik, sehingga harga cenderung stabil," ungkap Pamrihadi.

Namun demikian untuk wilayah Jakarta, khususnya bagi warga penerima manfaat Program Pangan Murah bersubsidi sangat terbantu dengan gejolak harga telur yang terjadi sekarang. Pasalnya mereka bisa membeli telur 1 tray sebanyak 15 butir dengan harga Rp10.000 sebagaimana tercantum dalam daftar komoditi pangan yang terdapat dalam Program Pangan Murah Bersubsidi.

"Warga Jakarta penerima manfaat program pangan murah bersubsidi yang setidaknya berjumlah 1 jutaan orang sangat terbantu. Ini bisa dibuktikan dengan serapan komoditi telur dalam program pangan murah bersubsidi naik 20 persen saat terjadi gejolak harga telur terjadi seperti sekarang," jelas Pamrihadi.

Selanjutnya untuk mencegah gejolak harga telur di kemudian hari, sesuai arahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Food Station akan bekerjasama dengan IPB melakukan budidaya tanam jagung.

Hasil dari budidaya jagung tersebut nantinya sebagian besar akan dialokasikan kepada peternak ayam petelur di daerah sentra produksi yang telah bekerja sama dengan Food Station. Upaya ini dilakukan untuk menekan gejolak harga jangung yang merupakan pakan bagi ayam petelur.