JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan sempat menyebut pemberian bantuan sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial (Kemensos) menjadi penyebab harga telur naik.
Meski begitu, Zulkifli Hasan mengaku tak bermaksud untuk menyalahkan Menteri Sosial Tri Rismaharini atas permasalahan ini.
Zulhas sapaan akrab Zulkifli Hasan menjelaskan Risma memang tidak memberikan bantuan sosial berupa telur ayam. Namun, uang bantuan sosial yang diberikan dirapel tiga bulan sekaligus, dan uang tersebut salah satunya dibelikan telur di berbagai daerah.
"Memang bukan Ibu Risma, tapi Bu Risma memberikan bantuan ke daerah-daerah itu. Nah daerah-daerah itu uangnya itu dibelanjakan dalam bentuk bantuan sembako. Hanya waktu 5 hari, salah satu isinya telur," katanya di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 25 Agustus.
"Nah, ini dirapel tiga bulan uangnya (uang bansos), agak banyak. Jadi ada permintaan lima hari, mendadak pasar kurang suplainya, ya biasa suplai kalau kurang dikit, kaget, harga naik," sambungnya.
Meksi begitu, Zulhas memastikan terus berupaya untuk mendorong harga telur ayam dapat kembali normal. Ia memasang target selama dua pekan untuk mengatasi permasalahan harga telur yang saat ini sedang naik.
"Mudah-mudahan paling lambat dua minggu sudah normal, telur ayam udah, walaupun nanti juga kita akan tambah untuk ayam yang petelur itu," ucapnya.
Untuk mengatasi kenaikan harga telur ini, Zulhas mengaku sudah bertemu para perwakilan pengusaha telur. Kata Zulhas, para pengusaha meminta agar skema penyaluran bansos dibuat secara periodik. Sehingga, produski dapat mencukupi permintaan.
"Tadi saran dari pengusaha telur itu kalau bansos bisa enggak tiap bulan, karena nelur kan enggak bisa cepat. Enggak bisa sekali nelur 5, jadi kalau bisa tiap bulan, jadi kalau dibelanjakan enggak ada permintaan yang mendadak banyak," ucapnya.
Zulhas juga menjelaskan perkembangan harga telur saat awal dirinya menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Kata dia, saat itu harga telur di angka Rp32.000 per kilogram (kg).
Kemudian sempat turun di kisaran Rp26.000 per kg. Kini, rata-rata harga telur berada di angka Rp31.000 per kg.
Dia mengaku ingin menurunkan harga telur di titik keseimbangan yakni Rp27.000 hingga Rp28.000 per kg.
Dengan begitu, kata Zulhas, tak akan membebani konsumen dan tetap mampu memberikan keuntungan terhadap peternak.
"Mengenai telur ayam, telur ayam memang Rp31.000 sekarang, tapi waktu saya duduk (jadi Menteri Perdagangan) kan Rp32.000, sekarang Rp31.000, sempat turun sampai Rp26.000-Rp25.000. Memang harga sedang itu Rp27.000-Rp28.000 itu untung peternaknya, tapi kalau Rp31.000 kemahalan," ujarnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya diberitakan, Zulkifli Hasan menyebutkan tindakan afkir dini atau upaya mengurangi produksi indukan yang dilakukan peternak hingga program bantuan sosial (bansos) yang memengaruhi stok di pedagang merupakan penyebab naiknya harga telur.
Berdasarkan pantauan situs resmi Kementerian Perdagangan, tercatat per 24 Agustus 2022 harga telur ayam ras di tingkat eceran mencapai Rp31.000 per kilogram atau naik sekitar 2,9 persen dibandingkan seminggu sebelumnya dan naik sekitar 6,1 persen dibandingkan sebulan sebelumnya
"Kemensos kebetulan merapel programnya tiga bulan sekaligus. Telur lagi dibeli. Jadi satu afkir dini, kedua Kemensos bantuan tiga bulan dirapel. Bantuan telurnya banyak, jadi (harga) naik," kata Mendag Zulkifli.