JAKARTA - Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) berkomitmen untuk memperkuat ekosistem industri baja dan kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini ditandai dengan investasi Korsel melalui Posco kepada Krakatau Steel senilai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp52,2 triliun.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyambut positif rencana investasi Posco. Erick menilai rencana investasi dari Posco akan semakin memperkuat visi PT Krakatau Steel, perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel dan Posco menjadi pemain baja terbesar di Asia Tenggara.
Hal ini disampaikan Erick saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menteri Investasi RI/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim, dan CEO Posco Kim Hag Dong di Seoul, Korsel, Kamis 28 Juli.
Erick mengatakan kerja sama tersebut juga sesuai dengan arahan Presiden Jokowi guna mengurangi impor bahan baku. Karena itu, penandatanganan MoU kerja sama strategis antara Krakatau Steel dan Posco di bidang industri baja, disaksikan langsung oleh Jokowi.
“Tentu MoU menjadi satu langkah nyata BUMN dalam mendukung penguatan ekosistem industri baja dan otomotif di Indonesia,” ucap Erick melalui keterangan resmi, Jumat 29 Juli.
Erick menyampaikan nilai investasi itu akan terwujud dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi baja otomotif untuk industri kendaraan listrik hingga proyek Ibu Kota Nusantara (IKN). Kata Erick, kerja sama ini juga kian memperkokoh ekosistem baja nasional yang terintegrasi.
“Posco tahu kita punya sumber daya alam besar untuk pengembangan industri kendaraan listrik, belum lagi market kita yang juga besar. Indonesia dilihat punya potensi besar menjadi pemain global dalam industri ini,” katanya.
BACA JUGA:
Selain itu, Erick mengatakan, Posco juga melihat keberhasilan transformasi Krakatau Steel yang sukses membalikkan kondisi perusahaan dari rugi menjadi untung, dari perusahan konvensional menjadi modern, dan bahkan mampu menekan impor, serta memperkuat ketahanan bangsa.
Posco, lanjut Erick, mengapresiasi langkah transformasi Krakatau Steel melalui restrukturisasi utang, perbaikan arus kas, efisiensi, dan proses bisnis yang baik.
“Bayangkan bertahun-tahun, delapan tahun rugi terus, tapi tahun lalu Krakatau Steel sudah bisa untung Rp800 miliar,” tuturnya.
Bagi Erick, peningkatan kerja sama investasi tak sekadar memperkuat daya saing BUMN, melainkan juga mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi. Sebagai sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia, Erick ingin BUMN menjadi garda terdepan dalam peningkatan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja bagi masyarakat.
“Tentu tidak akan ada artinya jika sumber daya alam dan market kita yang besar tapi tidak berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja. Ini yang menjadi komitmen bersama antara Krakatau Steel dan Posco,” jelas Erick.