Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyampikan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat masih kalah jauh dari perkebunan milik perusahaan swasta. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir mengalami pelebaran gap yang lebih tinggi lagi.

Padahal, lanjut Moeldoko, peran perkebunan rakyat dalam struktur produksi crude palm oil (CPO) Indonesia sangat luar biasa.

"Meksipun perannya cukup signifikan dari produksi dan kepemilikan rakyat. Tapi produktivitas masih rendah dibandingkan PBS (perkebunan besar swasta). Selama satu dekade terakhir gap-nya ini mengalami pelebaran," katanya dalam webinar, Kamis 21 Juli.

Menurut Moeldoko, hal ini perlu menjadi fokus bersama. Moeldoko menilai akan sangat bahaya jika gap produktivitas perkebunan rakyat dengan PBS tersebut semakin lebar.

"Ini perlu kita concern ini, bahaya kalau gap-nya terlalu tinggi," ujarnya.

Berdasarkan data Moeldoko, pada 2010 angka produktivitas perkebunan rakyat sebanyak 2,5 ton per hektare, sedangkan perkebunan besar swasta tercatat sebesar 2,99 ton per hektare.

Sebelas tahun kemudian, pada 2021, produktivitas dari perkebunan rakyat masih bertahan di angka 2,75 ton per hektare, sementara perkebunan besar swasta meningkat hingga 3,84 ton per hektare.

Ketua Dewan Pembina DPP Apkasindo ini menekankan stagnasi tersebut menjadi persoalan yang harus ditangani. Apalagi, kontribusi perkebunan kelapa sawit rakyat dalam produksi minyak sawit mentah cukup tinggi.

"Saya mengingatkan, jangan sampai ini semakin turun dan semakin turun. Tidak ada alasan apapun. Kita tetap harus waspada," tuturnya.