Bagikan:

BELITUNG TIMUR - Masyarakat di Belitung Timur kini tidak hanya mengandalkan industri pertambangan untuk perekonomian. Namun, pelan-pelan masyarakat beralih ke sektor perkebunan yakni kelapa sawit.

Bupati Belitung Timur Burhanudin mengatakan kini kelapa sawit menjadi salah satu sektor yang dimanfaatkan secara masih oleh masyarakat di wilayahnya untuk mendorong perekonomian.

“Belitung Timur itu sebenarnya hidupnya dari tambang. Jadi di daerah kami ini ada tambang pasir kuarsa, ada tambang timah, ada clay, dan kaolin, setelah itu logam tanah jarang, zinc,” katanya dalam Press Tour Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian, Rabu, 28 Agustus.

“Tapi sawit sekarang ini jadi primadona, sawit menjadi pemacu ekonomi masyarakat sekarang,” sambungnya.

Burhanudin mengaku juga telah mengimbau masyarakat di wilayahnya untuk bergabung dalam program kemitraan dengan memanfaatkan lahan di pekarangan rumah.

“Jadi di belakang-belakang rumah yang masih ada hutan, di kampung-kampung kan masih banyak hutan. Itu yang tidak bermasalah mereka bisa bermitra, bibitnya dari perusahaan, pupuk juga dari perusahaan mereka ikut dari BUMDes bermitra dengan perusahaan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat dari sektor kelapa sawit,” jelasnya.

Sekadar informasi, saat ini total luas perkebunan sawit di Kabupaten Belitung Timur mencapai 62.064,67 hektare (Ha). Jumlah tersebut sudah mencakup perkebunan swasta sebesar 49.682,64 Ha.

Kemudian, perkebunan plasma atau kemitraan sebesar 6.519,38 Ha dan perkebunan rakyat 5.862,65 Ha. Sementara, total produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Belitung Timur mencapai 1.019.051,75 ton. Sedangkan untuk produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebanyak 203.810,35 ton.

Berkaca pada data tersebut, Burhanudin mengatakan sawit di Kabupaten Belitung Timur memberi kontribusi yang cukup besar untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Bahkan, Burhanudin mengatakan kontribusi sektor kelapa sawit ke APBN bisa mencapai angka triliun.

“Khusus untuk sawit ketika bicara masalah pendapatan, saya pikir rata-rata perkebunan sawit di Indonesia dikirim ke luar. Mulai dari bungkil sawit, minyak sawit CPO-nya, itu semua pasti keluar karena luar lebih mahal,” jelasnya.