Bagikan:

JAKARTA – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjadi pembicara pada seminar kebangsaan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah, Senin, 18 Juli.

Dalam acara tersebut, Moeldoko menyinggung soal hasil survei Bloomberg, yang menyebutkan peluang risiko resesi Indonesia hanya 3 persen.

“Hasil survei Ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik kita kuat dan memiliki daya tahan di tengah risiko global yang masih eskalasi,” kata Moeldoko melalui keterangan tertulisnya, Senin.

Moeldoko membeberkan kerja keras pemerintah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Pada sektor energi, terang dia, pemerintah terus menjaga ketersediaan dan keterjangkuan harga di masyarakat dengan menyalurkan subsidi, yang nilainya mencapai Rp 520 triliun.

Opsi ini dipertahankan oleh pemerintah, agar beban masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan energi tidak berat.

“Namun jika subsidi terus diberikan akan membuat uang negara jebol. Untuk itu, skema subsidi akan dirubah. Tidak lagi ke barang tapi langsung ke orangnya agar tepat sasaran,” terangnya.

Dikatakan Moeldoko, pemerintah sudah meningkatkan produktivitas di sektor pertanian untuk menjawab kebutuhan konsumsi pangan dalam negeri, yakni sebesar 2,5 juta ton perbulan.

“Hasilnya selama tiga tahun berturut-turut kita sudah tidak lagi impor beras. Bahkan beras kita surplus. Pemerintah juga melakukan diversifikasi pangan, seperti menanam sorgum, sagu, dan jagung. Ini semua untuk menjawab tantangan ancaman krisis pangan dunia,” sambung Moeldoko.

Pada kesempatan itu, Moeldoko juga menegaskan, bahwa mengelola negara di lingkungan global tidak mudah karena tantangannya sangat besar.

Terlebih, lanjutnya, di saat global menghadapi berbagai kejutan-kejutan, seperti pandemi COVID19 dan perang Ukraina-Rusia, yang berdampak pada terputusnya pasok rantai dan kenaikan harga-harga komoditas.

Dalam menghadapi itu, Moeldoko menyampaikan lima teorinya yakni, mampu adaptif terhadap perubahan, membangun kecepatan di segala lini, berani mengambil risiko atas kebijakan yang diambil secara konstitusional, siap menghadapi kompleksitas akibat globalisasi, dan siap merespons kejutan-kejutan yang akan terjadi akibat kemajuan teknologi.

“Kalian sebagai calon pemimpin bangsa harus siap dengan semua perubahan-perubahan,” pungkas Moeldoko.