JAKARTA - Investor asing masih optimistis akan Indonesia salah satu negara yang relatif lebih aman untuk menanamkan modalnya. Terutama di tengah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve kembali memberikan sinyal hawkish.
"Optimisme ini, karena fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih solid dibandingkan dengan negara lain," ujar Nafan Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta mengutip Antara.
Ia menyebutkan terdapat banyak faktor yang menyebabkan optimisme investor asing terhadap Indonesia, yaitu secara kondisi makro, tingkat kemungkinan resesi Indonesia menurun dari 5 persen menjadi hanya 2 persen.
Maka dari itu, berkat perekonomian domestik yang masih berdaya tahan dan didukung fundamental makroekonomi domestik yang relatif solid, modal asing akan terus mengalir.
Di Indonesia, pasar saham masih mencatat aliran modal masuk sekitar Rp2,28 triliun sejak awal tahun ini dan berhasil menopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat turun tajam mencapai batas bawah pada beberapa waktu lalu.
Kondisi yang sama juga terjadi pada pasar obligasi yang dibanjiri modal masuk, sehingga mencerminkan pergerakan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun yang relatif stabil.
Selain semakin mengecilnya potensi resesi Indonesia, Nafan menyebutkan nilai tukar rupiah masih kuat meski berada di level Rp15.000.
"Rupiah belum menyentuh sentimen higher for longer, jadi masih relatif stabil," ujarnya pula.
Kemudian, kata dia lagi, inflasi domestik juga masih stabil dan lebih rendah dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Kebijakan BI yang terus menjaga likuiditas turut memberikan optimisme.
Faktor lainnya yang memberikan optimisme investor asing terhadap perekonomian Tanah Air, yaitu ketahanan eksternal Indonesia yang masih relatif kuat, seperti surplus transaksi berjalan dan surplus neraca perdagangan.
Pembukaan ekonomi Tiongkok juga akan membantu pemulihan permintaan, termasuk ke Indonesia, sehingga investor bisa semakin optimis.