Bagikan:

JAKARTA - Krisis energi yang terjadi di negara-negara Eropa berimbas pada permintaan energi dalam negeri.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan saat ini ada permintaan pasokan liquefied natural gas (LNG) dari beberapa negara-negara Eropa.

"Memang ada permintaan LNG dari beberapa negara di Eropa karena terbatasnya gas dari Rusia. Tapi sayangnya suplai gas kita untuk bisa deliver LNG ke sana saat ini belum bisa kita upayakan," ujar Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko pada konferensi pers capaian dan kinerja hulu migas Semester Pertama 2022 di Jakarta 15 Juli.

Untuk saat ini, kata Arief, SKK Migas hanya menyalurkan permintaan LNG melalui perusahaan yang sudah memiliki kontrak dengan Indonesia.

Ia mencontohkan, perusahaan Total yang dikirimkan melalui perusahaan Singapura.

"Kita sudah salurkan melalui Total Gas & Power Asia Private Limited (TGPA Ltd.). Yang lainnya memang kita belum bisa merealisasikan untuk kirim LNG. Sambl tunggu Marsela mungkin," lanjutnya.

Sebelumnya, pada Senin, 11 Juli yang lalu, Rusia menyetop aliran gas di pipa tunggal terbesar yang membawa gas Rusia ke Jerman dengan alasan pemeliharaan.

Namun, negara-negara Eropa khawatir penutupan jalur gas yang semula direncanakan selama 10 hari kemungkinan diperpanjang karena perang di Ukraina.

Pipa Nord Stream 1 mengangkut 55 miliar meter kubik gas per tahun dari Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik. Pemeliharaan berlangsung dari 11 hingga 21 Juli 2022.

Operator Nord Stream AG mengonfirmasi penutupan dimulai sesuai rencana pada 0600 CET atau pukul 11.00 WIB dan aliran gas akan turun ke nol beberapa jam kemudian.

Bulan lalu, Rusia memotong 40 persen aliran dari total kapasitas pipa, dengan alasan keterlambatan pengembalian peralatan yang dilayani oleh Siemens Energy Jerman di Kanada.