JAKARTA - Pengamat ekonomi syariah Irfan Syauqi Beik menilai bahwa potensi realisasi keuangan sosial Islam (KSI) di Indonesia sangat besar sehingga perlu ada strategi yang tepat untuk mengoptimalkannya.
"Potensi keuangan sosial Islam (KSI) sangat besar, namun dari sisi realisasi masih terdapat kesenjangan yang cukup besar," kata Irfan, dikutip dari Antara, Jumat 15 Juli.
Kendati kesenjangannya masih tinggi, lanjut Irfan, namun pertumbuhannya sangat luar biasa baik. Hal ini terlihat dari pengumpulan zakat yang naik empat kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir dan wakaf uang yang mengalami kenaikan signifikan, yakni hampir 300 persen selama kurun waktu 2011-2018 dibanding dengan kurun waktu 2018-2022.
Irfan mengatakan ada tiga strategi untuk mengoptimalkan KSI di tanah air. Pertama, memperkuat edukasi dan sosialisasi konsep KSI kepada publik secara masif.
Strategi kedua, lanjutnya, adalah memperkuat kelembagaan dan SDM pengelola KSI, termasuk aspek digitalisasi. Sedangkan ketiga, memperkuat regulasi atau kebijakan terkait implementasi KSI.
Selain itu, kata Irfan, lembaga pengelola KSI juga harus memastikan terlaksananya tiga jenis pertanggungjawaban, yakni financial accountability (pertanggungjawaban keuangan) yang ditandai dengan hasil audit laporan keuangan dengan predikat WTP, program accountability yang ditandai dengan program yang inovatif dan mampu memberdayakan kaum dhuafa serta dapat diakses semua pihak, dan ethical accountability (pertanggungjawaban etika) yang terkait dengan perilaku dan gaya hidup pengelola KSI.
BACA JUGA:
Irfan juga menilai pentingnya digitalisasi dalam membangun kesadaran publik dan meningkatkan efektifitas pengelolaan dana KSI, mulai dari pengumpulan hingga penyaluran.
"Apalagi 52 persen penduduk Indonesia adalah generasi milenial dan generasi Z, yang sangat melek teknologi," katanya.
Irfan mengutarakan harapannya agar semua pihak menjadikan KSI sebagai bagian penting dari pembangunan nasional.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyayangkan realisasi keuangan sosial Islam (KSI) Indonesia masih jauh dari potensi yang ada, padahal KSI berkontribusi mendukung ekonomi dan kesejahteraan sosial di Tanah Air.
"Kita harus merenungkan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini," ungkap Perry dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia 2022 yang bertajuk "Optimizing Endownment Fund for Sustainable Financial Inclusion" di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis 14 Juli.