Wamen BUMN Sebut Kewajiban Bayar Utang Garuda Indonesia Berkurang 81 Persen: Belum Ada Maskapai di Dunia yang Dapat Pemotongan Utang Sebesar Ini
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk, mencatatkan pengurangan utang sebesar 81 persen dari total utang dengan adanya restrukturisasi. Dengan pengurangan ini, maka maskapai penerbangan pelat merah ini hanya perlu melunasi 19 persen sisa utang dengan skema yang telah disepakati para kreditur.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan bahwa penurunan 81 tersebut jika dilihat dari sisi persentase. Sementara dari sisi nilai, kata dia, penurunannya hanya sekitar 50 persen dari total utang sebelum restrukturisasi.

"Kalau kita gunakan nominal value turunnya 50 persen, jadi ini ada dua memang. Sebagai contoh utang Himbara atau bank kita panjangkan, jadi utang yang sangat panjang namun percent value-nya lebih rendah, dan ini dua-duanya dilihat secara percent value turun 81 persen, kalau nominal 50 persen," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa, 28 Juni.

Tiko sapaan akrab Kartika, menjelaskan bahwa utang Garuda Indonesia sebelum restrukturisasi sebesar 10,1 miliar dolar AS. Sedangkan, setelah adanya restrukturisasi nilai utang Garuda Indonesia tersisa sebesar 5,1 miliar dolar AS.

Lebih lanjut, Tiko mengatakan bahwa dari berbagai maskapai penerbangan di dunia, dalam proses restrukturisasi belum ada maskapai dengan pemotongan utang sebesar ini.

"Kita ingin ekuitas Garuda ini bisa lebih positif lagi. Saya ingin menekankan proses bankruptcy di airlines lain jarang ada pemotongan utangnya yang sebesar ini," tuturnya.

Dalam kesempatan ini, Tiko juga mengatakan pihaknya juga melakukan negosiasi terkait leasing rate atau harga sewa pesawat. Tiko memastikan pihaknya mampu mengoptimalkan atau menekan harga sewa pesawat yang digunakan ke depan.

"Jadi kita pahami di masa lalu permasalahan utama Garuda adalah jumlah pesawat yang banyak dan sewa pesawat atau leasing rate yang terlalu mahal, sehingga garuda selama bertahun-tahun sulit mendapatkan profitabilitas, karena pesawat terlalu banyak dan terlalu mahal, termasuk salah satu masalah hukum yang kemarin diumumkan soal ATR dan CJR," ucapnya.

Tiko mengatakan negosiasi leasing rate sesuai market standar menjadi penting dalam langkah restrukturisasi ini. Ada lima pesawat yang biaya sewanya telah dinegosiasikan oleh pihak maskapai. Rinciannya, pesawat jenis Airbus A330-300 mengalami penurunan biaya sewa sebesar 65 persen dari 1.100 dolar AS menjadi 388 dolar AS per bulan.

Kemudian, Airbus A330-200 mengalami penurunan biaya sewa sebesar 70 persen dari 882 dolar AS menjadi 265 dolar AS per bulan.

Lalu, pesawat jenis Boeing B777-300 mengalami penurunan biaya sewa sebesar 69 persen dari semula 1.570 dolar AS menjadi 484 dolar AS per bulan.

Sementara itu untuk pesawat berbadan ramping Mengalami penurunan yang tidak terlalu besar jika dibandingkan nilai penurunan pada pesawat berbahan besar. Seperti, Boeing B737-800 mengalami penurunan sebesar 35 persen dari semula 330 dolar AS menjadi 215 dolar AS per bulan. Lalu, Airbus A320-200 Mengalami penurunan 35 persen dari semula 330 dolar AS menjadi 214 dolar AS per bulan.