Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan tekstil milik konglomerat Sri Prakash Lohia PT Indorama Synthetics Tbk (INDR) bakal membagikan dividen Rp940 per saham dari laba bersih 2021. Dividen per saham ini terbilang besar, bahkan mampu mengalahkan bank milik orang terkaya nomor 1 di Indonesia, Michael dan Budi Hartono, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Robert Budi Hartono dan Michael Hartono merupakan orang paling tajir di Tanah Air dengan kekayaan 41,6 miliar dolar AS (sekitar Rp615,68 triliun). Keluarga Hartono menjadi pengendali saham BBCA, emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia senilai Rp912 triliun.

Adapun, Sri Prakash Lohia merupakan orang terkaya keempat di Indonesia dengan nilai kekayaan 6,6 miliar dolar AS (sekitar Rp97,68 triliun). Kekayaan dirinya berasal dari Indorama, grup tekstil dan petrokimia.

BBCA membagikan dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp145 per saham. Adapun, nilai pembayaran dividen saham BCA berjumlah Rp17,9 triliun dari tahun buku 2021. Dividen per saham INDR lebih besar dari BBCA, yakni Rp940 per saham.

Namun, secara total jumlahnya hanya sekitar Rp600 miliar, jauh di bawah BBCA. Nilai total dividen berbeda jauh karena perbedaan jumlah saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. BBCA mencatatkan 123,27 miliar saham di BEI, sedangkan INDR hanya mencatatkan 654,35 juta saham.

Presiden Direktur Indorama Vishnu Baldwa mengatakan, pemegang saham Indorama telah menyetujui pembagian dividen sebesar Rp940 per saham, atau sekitar 41 juta dolar AS dari laba bersih 2021. Pembagian dividen ini telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan Jumat 27 Juni.

Dia menuturkan, besaran dividen ini disetujui oleh direksi dan pemegang saham karena perseroan mencetak rekor laba bersih tertinggi pada 2021, yakni 84,5 juta dolar AS atau Rp1,2 triliun selama 2021, dari 6,23 juta dolar AS di 2020.

Sebagai informasi, INDR mencetak pendapatan bersih 884,1 juta dolar AS pada 2021 atau setara Rp12,6 triliun. Pendapatan bersih ini melonjak 50 persen dibandingkan 2020 sebesar 589 juta dolar AS.

Perseroan tercatat mencetak kenaikan laba kotor 307,65 persen dari 31,8 juta dolar AS di 2020, menjadi 129,7 juta dolar AS di 2021. Dengan peningkatan tersebut, laba bersih perseroan juga ikut meningkat menjadi 84,5 juta dolar AS atau Rp1,2 triliun selama 2021, dari 6,23 juta dolar AS di 2020.