JAKARTA - Pengamat BUMN dari Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai perusahaan BUMN sebagai perusahaan milik negara harus mengambil peran dalam membesarkan perusahaan rintisan atau startup lokal.
Menurut Toto, jangan sampai perusahaan BUMN kalah gesit dibandingkan investor asing dalam berinvestasi ke startup lokal.
"Jika perusahaan BUMN tidak mau ambil peran tersebut, maka unicorn baru yang akan muncul di Indonesia akan di-backup oleh capital venture asing karena tidak ada modal ventura lokal yang mendukungnya," ujar Toto dikutip dari ANTARA, Sabtu, 18 Juni.
Menurut Toto, investasi BUMN ke startup lokal merupakan bentuk keberpihakan negara melalui Kementerian BUMN dan perusahaan BUMN untuk membesarkan startup lokal. Perusahaan BUMN punya kepentingan dalam proses pembinaan startup lokal.
Sebagai negara dengan populasi besar, Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar. Hal itulah yang sebenarnya mendorong banyak startup asing ekspansi bisnis ke Indonesia.
"Jangan sampai pasar Indonesia justru dikuasai startup asing. Sebaliknya, unicorn kita harus didukung agar bisa berekspansi ke luar negeri. Sehingga Indonesia tidak hanya menjadi sekedar pasar," kata Toto.
Menurut Toto, pemerintah sebetulnya sudah menyadari hal tersebut. Makanya, beberapa waktu lalu, Pemerintah melalui Kementerian BUMN membentuk konsorsium Merah Putih Fund yang melibatkan empat perusahaan BUMN, yakni Bank Mandiri, Bank BRI, Telkom, dan Bank BRI.
BACA JUGA:
Melalui Merah Putih Fund tersebut, perusahaan BUMN diharapkan bisa menggunakan sebagian alokasi dana di perusahaan modal ventura mereka untuk membiayai startup lokal.
"Kepentinganya tentu saja sebagai negara dengan populasi besar, jangan sampai Indonesia hanya menjadi negara konsumen saja,” ujar Toto.
Menurut Toto, sebagian besar investor di balik startup lokal dengan valuasi besar atau berstatus unicorn merupakan perusahaan raksasa asing.
Sebut saja, Softbank yang paling rajin mengucurkan investasi dalam jumlah besar. Selain itu ada Alibaba, Temasek, hingga korporasi besar Amerika Serikat seperti Google dan Facebook juga ikut masuk di perusahaan-perusahaan startup yang ada di Indonesia.
"Pasarnya ada di sini, tapi sayang investornya dari luar," ujar Toto.