Bagikan:

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa terjadi peningkatan harga pupuk di dalam negeri.

Hal itu disampaikan oleh Kepala BPS Margo Yuwono dalam pemaparan yang digelar kemarin di kantornya.

Menurut Margo, kondisi ini berimbas pada kenaikan biaya produksi yang harus ditanggung petani.

"Indeks biaya produksi dan penambahan barang modal petani mengalami kenaikan. Komoditas yang dominan mempengaruhi biaya produksi antara lain kenaikan harga pupuk urea, pupuk NPK dan bensin," ujarnya ketika memberikan keterangan kepada wartawan dikutip Jumat 3 Juni.

Hal yang sama juga diamini oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang mengungkapkan jika situasi ini tidak lepas dari kebijakan restriksi sejumlah negara dalam mengamankan pasokan nasional mereka terlebih dahulu.

"Kenaikan harga pupuk yang dapat mendorong naiknya harga bahan pangan umum seiring pembatasan ekspor pangan dan pupuk di 10 negara," tutur Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu.

Malahan, lembaga pengelola keuangan negara itu telah melakukan outlook lebih jauh dengan menyebut bahwa faktor alam bakal turut memberikan andil dalam pembentukan harga di masa yang akan datang.

"Ke depan, perlu diwaspadai faktor musim kemarau basah yang mendorong penurunan produktivitas aneka cabai,” kata Febrio dalam keterangan pers hari ini.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah memasukan persoalan pangan sebagai salah satu dari tiga hal penting yang harus diwaspadai dalam dinamika perekonomian.

“Pemulihan ekonomi sedang terjadi. Namun, semua memahami bahwa krisis akibat pandemi kemudian disusul oleh geopolitik. Potensi dampaknya dapat menimbulkan krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan di berbagai belahan dunia,” ucap dia dalam Rapat Paripurna DPR di agenda pembahasan RAPBN 2023 awal pekan ini.

Mengutip data yang dilansir BPS, pada 2020 Indonesia tercatat mengimpor 6,2 juta ton pupuk dengan taksiran nilai mencapai 1,3 miliar dolar AS.

Jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi impor 2019 yang sebanyak 6,1 juta ton. Adapun empat negara teratas pemasok pupuk bagi RI yakni, China, Kanada, Rusia, dan Malaysia.

Sementera itu, Kementerian Keuangan hingga April 2022 diketahui telah menggelontorkan sebesar Rp1,8 triliun sebagai anggaran subsidi pupuk untuk 3 juta ton.