JAKARTA - Pendapatan industri kesehatan nasional berpotensi naik hingga mencapai 32 miliar dolar AS (sekitar Rp462,13 triliun) per tahun. Potensi itu dapat dicapai apabila angka per kapita per tahun Indonesia untuk bidang kesehatan yang sebesar 112 dolar AS (Rp1,62 juta) naik hingga 300 dolar AS.
Angka tersebut seperti penuturan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dikutip Antara, Jumat 3 Juni. Menurut Budi, 40-50 persen angka per kapita tersebut di antaranya dibelanjakan untuk obat-obatan.
"Kalau kita dalam lima tahun ke depan, spending kesehatan naik ke level Malaysia, naik 300 dolar AS per kapita dikali sekitar 270 juta penduduk, maka 81 miliar dolar AS. Kalau untuk obatnya 40 persen saja, 32 miliar dolar AS maka sekitar Rp400-Rp500 triliun. Potential revenue upside untuk industri kesehatan," ujar Menkes, Kamis.
Dia mengatakan hal itu dalam acara peluncuran fasilitas change source Penggunaan Bahan Baku Obat (BBO) Dalam Negeri di PT Kimia Farma Sungwun Pharmachopia Delta Silicone 1 Lippo Cikarang, Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat, Kamis.
BACA JUGA:
Dia menambahkan pemerintah akan mendorong pengadaan periode 2022-2023 ke industri-industri yang membangun di dalam negeri, termasuk farmasi, untuk merealisasikan potensi itu.
Menkes juga mengatakan bahwa Indonesia telah melepas ketergantungan impor povidone iodine, bahan baku produksi cairan pembersih luka antiseptik atau obat merah untuk kebutuhan dalam negeri.
"Bahan povidone iodine itu dipakai buat obat merah... Itu 100 persen tadinya masih impor, tapi dengan adanya bahan baku ini, bisa beli di dalam negeri," katanya.
Ia mengatakan bahan baku obat itu kini diproduksi di dalam negeri oleh PT Kimia Farma Sungwun Pharmachopia Delta Silicone 1 Lippo Cikarang.
Menurut dia, bahan baku povidone iodine didatangkan dari salah satu tambang milik PT Kimia Farma di kawasan Jawa Timur.