RI–Belanda Makin Mesra, Menko Airlangga Minta PM Mark Rutte Bangun Pabrik Chip di Indonesia
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Dok. Kemenko Perekonomian)

Bagikan:

JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto disebutkan baru saja melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di sela-sela agenda World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022 di Davos-Swiss.

Dalam keterangan pers hari ini, Menko Airlangga mengungkapkan bahwa perwakilan kedua negara membahas hubungan kerja sama ekonomi dan situasi global saat ini.

“Indonesia mendorong peluang kerja sama di bidang semikonduktor (chip), serta pengembangan investasi perusahaan Belanda di Indonesia,” ujarnya pada Kamis, 26 Mei.

Menurut Airlangga, beberapa investasi Belanda yang sudah terealisasi di Tanah Air meliputi Unilever pada sektor oleochemical di KEK Sei Mangkei, Philips pada sektor kesehatan, dan Frisian Flag untuk pembangunan pabrik Susu di Cikarang.

“Kami juga menyampaikan bahwa Indonesia saat ini tengah menjalankan reformasi regulasi terkait investasi yang membuat kegiatan usaha menjadi lebih mudah,” tuturnya.

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia secara resmi mengundang PM Belanda Mark Rutte untuk hadir langsung dalam KTT G20 di Bali, pada 15-16 November 2022 mendatang.

Dalam kesempatan yang sama, PM Mark Rutte berharap agar proses investasi untuk ekspansi usaha perusahaan-perusahaan Belanda akan semakin mudah dengan adanya reformasi struktural yang dapat meringkas waktu proses perizinan di Indonesia.

“Kami siap menyambut baik apabila Indonesia memberikan kesempatan berinvestasi di dunia pendidikan, baik untuk pendidikan tinggi maupun pelatihan vokasi, termasuk membuka kesempatan seluas-luasnya bagi mahasiswa Indonesia yang ingin belajar ke Belanda,” kata dia.

Sebagai informasi, perdagangan bilateral Indonesia dan Belanda selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia. Pada 2020, nilai perdagangan bilateral tercatat mencapai 3,92 miliar dolar AS, dengan rincian ekspor Indonesia mencapai 3,11 miliar dolar AS dan impor senilai 804,3 juta dolar AS.