JAKARTA – Pemerintah Indonesia patut bangga. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Program Kartu Prakerja memperoleh apresiasi dunia. Bahkan program ini akan diangkat dalam World Economic Forum Davos, Swiss pada Mei 2022.
“Program Kartu Prakerja menjadi salah satu topik utama yang akan saya sampaikan saat berbicara pada pertemuan tahunan World Economic Forum di Davos, 22-26 Mei 2022,” kata Airlangga Hartato melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Ahad, 22 Mei.
Airlangga mengatakan Program Kartu Prakerja mendapat banyak pujian karena menjadi salah satu program Pemulihan Ekonomi Nasional yang berhasil dalam merespons cepat dampak sosial ekonomi pandemi COVID-19.
“Sebagai program semi-bansos, Kartu Prakerja tidak hanya membantu para pekerja yang terkena PHK di masa pandemi dan meningkatkan keterampilan angkatan kerja. Namun secara luas juga ikut melahirkan wirausahawan muda yang tangguh dan membuka lapangan pekerjaan baru,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka dari 6,26 persen pada Februari 2021 turun menjadi 5,83 persen di Februari 2022.
"Dalam kurun waktu dua tahun, manfaat nyata Program Kartu Prakerja telah dinikmati oleh 12 juta peserta dan hingga saat ini telah masuk 30 gelombang pendaftaran," katanya.
Airlangga mengatakan berbagai lembaga internasional seperti UNDP menyampaikan apresiasi karena program Kartu Prakerja dinilai berhasil mengatasi PHK dan masalah ketenagakerjaan lain di masa pandemi COVID-19.
Kartu Prakerja juga akan dipaparkan dalam konferensi UNESCO karena dianggap sebagai model yang berhasil dalam mempersiapkan angkatan kerja menghadapi tuntutan pekerjaan masa depan.
“Pemerintah Indonesia akan membagikan pengalaman tentang Program Kartu Prakerja ini kepada dunia di forum CONFINTEA VII yang diselenggarakan oleh UNESCO pada pertengahan Juni nanti di Maroko,” ungkap Ketua Umum Partai Golkar itu.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan Program Kartu Prakerja mampu memfasilitasi penerima Kartu Prakerja untuk beradaptasi dengan perubahan tren rekrutmen kerja yang sudah meninggalkan model paper-based.
Kini lowongan kerja, pengiriman CV, sertifikat keterampilan, wawancara, tes teknis, hingga onboarding pegawai baru maupun job fair banyak dilakukan secara online, kata Denni menambahkan.
“Dulu pelamar mencetak CV, melampirkan fotokopi sertifikat, masuk ke amplop, lalu dikirim ke kantor atau dititipkan ke satpam untuk diberikan ke HRD. Cara-cara seperti ini sudah banyak ditinggalkan,” katanya.
Denni menegaskan mekanisme online yang ditekankan di Prakerja untuk mengakselerasi literasi digital angkatan kerja di Tanah Air, sehingga bisa melamar pekerjaan lebih banyak dan kemungkinannya untuk mendapat pekerjaan menjadi lebih besar.
BACA JUGA:
Sejak fitur rekomendasi pekerjaan dirilis di dashboard Prakerja, lebih dari 5.500 lowongan pekerjaan dapat diakses. Survei Manajemen Pelaksana menunjukkan 63 persen penerima kartu Prakerja yang melihat fitur rekomendasi pekerjaan ini dan melamar, dipanggil seleksi kerja.
Terkait dengan pujian dari berbagai lembaga internasional, Denni mengatakan bahwa ini disebabkan karena banyak pilar Sustainable Development Goals (SDG) yang disentuh oleh Program Prakerja, mulai dari adult learning, pemberdayaan perempuan, pengurangan ketimpangan, pengangguran, kemitraan multi-pihak hingga inklusi keuangan.
“Banyaknya aspek SDG yang disentuh, temuan studi ilmiah yang mendukung, dan cara-cara digital yang digunakan menjadi alasan mengapa Prakerja mendapat sorotan positif dari lembaga-lembaga internasional,” katanya.
Program Kartu Prakerja dianggap sebagai use case transformasi digital layanan publik Pemerintah Indonesia yang berhasil. “Kita perlu cara baru, lewat pemanfaatan teknologi digital, untuk bisa men-deliver program dengan cepat dan tepat sehingga no one left behind,” ungkap Denni, seperti dikutip Antara.