Hingga Mei 2022, Pertamina Hulu Rokan Berhasil Bor 145 Sumur Baru
Anjungan pengeboran jack up Hakuryu 14 yang dioperasikan Pertamina Hulu Mahakam (PHM) untuk mengebor sumur eksplorasi PS-1X. (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sejak awal tahun hingga Rabu 11 Mei telah berhasil mengebor 145 sumur baru, atau rata-rata lebih dari satu sumur per hari.

Kerja keras tersebut untuk mencapai target pengeboran 400-500 sumur baru di wilayah kerja (WK) Rokan pada tahun ini.

Pengeboran sumur-sumur baru di WK Rokan sejauh ini berkontribusi rata-rata lebih dari 12.000 barel minyak per hari (BOPD), sehingga dapat menjaga tingkat produksi di WK migas terbesar kedua di tanah air tersebut.

"Kontribusi dari sumur-sumur pengembangan terus menunjukkan tren menaik. PHR akan menambah rig lagi agar dapat meningkatkan produksi di WK Rokan,” ungkap Dirut PHR Jaffee A Suardin dalam keterangan kepada media, Rabu 18 Mei.

Ia melanjutkan, PHR berencana menambah jumlah rig hingga menjadi 26 rig pengeboran dan 47 rig workover/well service (WOWS).

Hingga April lalu, PHR mengoperasikan 19 rig pengeboran dan 28 rig WOWS.

Jafree menjabarkan, WK Rokan menyumbangkan sepertiga total produksi minyak Pertamina atau hampir seperempat produksi nasional dengan rata-rata produksi tahunan sekitar 160.000 barel minyak per hari (BOPD) di tahun 2021 sejak alih kelola.

"Seluruh hasil lifting WK Rokan juga diperuntukkan untuk konsumsi kilang domestik Pertamina guna mendukung ketahanan energi nasional," ujar dia.

Jaffee mengaku pihaknya berhasil meningkatkan kinerja WK Rokan pascaalih kelola, yakni kenaikan tingkat produksi, biaya lifting yang makin rendah, peningkatan nilai investasi dan kegiatan pengeboran secara masif-agresif.

Dia juga menjelaskan peran WK Rokan dalam pengembangan digitalisasi di lingkungan Subholding Upstream Pertamina dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Untuk informasi, PHR WK Rokan menyumbangkan penerimaan negara sekitar Rp9 triliun untuk periode Agustus-Desember 2021.

Kontribusi itu terdiri dari Rp6,5 triliun Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Rp2,5 triliun berupa pembayaran PPh, PPN, dan pajak daerah.

"Kontribusi ini merupakan wujud nyata dari manfaat langsung kehadiran operasi PHR kepada negara, daerah, dan masyarakat pasca alih kelola WK Rokan pada 9 Agustus 2021 lalu. Industri hulu migas memiliki peran penting bagi penerimaan negara dan modal pembangunan," kata Jafree.

Selain berupaya meningkatkan penerimaan negara, PHR juga berkomitmen untuk terus meningkatkan porsi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk memperkuat komponen nasional. Saat ini, TKDN di PHR mencapai lebih dari 60 persen.