Antisipasi Ketidakpastian Global, Bahana TCW Lakukan Perubahan Strategi Makara Prima
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Dua tahun terakhir ini, kondisi perekonomian secara global dilanda ketidakpastian. Perubahan drastis kerap terjadi tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, mulai dari Perang Dagang AS-China, pandemi COVID-19, kebijakan tapering The Fed hingga Konflik Rusia-Ukraina.

Belum lagi ditambah adanya krisis energi dan krisis logistik yang muncul dalam waktu belakangan ini yang pelan tapi pasti akan mengganggu kestabilan ekonomi Indonesia yang saat ini dipandang cukup mampu bertahan menghadapi efek pandemi.

Saat ini kenaikan sejumlah harga komoditas dipercaya sebagian kalangan akan membawa dampak negatif bagi Indonesia apabila tidak bisa dikelola dengan baik. Melonjaknya harga sejumlah bahan pokok di dalam negeri dikhawatirkan akan mendorong kenaikan tingkat inflasi di atas proyek pemerintah.

Berdasarkan data BPS yang dikeluarkan per 1 April 2022, inflasi tahunan Indonesia tercatat sebesar 2,64 persen pada Maret 2022 dan ini belum mendapat efek dari siklus tahunan lebaran dan penerapan perubahan PPN. Jika inflasi melonjak tinggi, pada akhirnya akan diikuti perubahan tingkat suku bunga Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen pengendalian inflasi.

Kondisi perekonomian dunia yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian ini membuat sebagian besar investor mulai memilih safe haven asset untuk menaruh dana investasi atau malah memilih investasi di produk investasi yang lebih stabil dan aman misalnya emas.

Melihat perkembangan kondisi dan memenuhi kebutuhan investor untuk berinvestasi di produk investasi yang lebih aman, PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) melakukan perubahan strategi untuk salah satu produk reksa dana unggulan yang dimiliki yaitu Reksa Dana Pendapatan Tetap Makara Prima.

Saat ini, Reksa Dana Pendapatan Tetap Makara Prima Menggunakan strategi baru, yaitu Low Risk Underlying, yang memiliki risiko relatif lebih rendah sehingga menurunkan risiko volatilitas dengan berinvestasi pada 50 persen obligasi pemerintah, dan sisanya pada obligasi korporasi.

Danica Adhitama, Direktur Bahana TCW mengatakan, jika melihat perkembangan kondisi ekonomi dan tren investasi belakangan ini, pihaknya mengubah fokus strategi portofolio Makara Prima dengan menggunakan strategi baru.

"Strategi ini tentunya bertujuan untuk memberikan skema investasi yang lebih stabil dan menjaga return yang optimal di tengah dinamika yang terjadi," jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis 14 April.

Sebelumnya, Makara Prima adalah sebuah Reksa Dana Pendapatan Tetap dengan komposisi portofolio Saham 0-20 persen, Obligasi 80-100 persen, Pasar Uang/Kas 0-20 persen. Produk ini berinvestasi sebagian besar pada obligasi negara dengan strategi utamanya dynamic-play pada durasi obligasi tenor Panjang dan memiliki sedikit eksposur pada efek saham.

"Dengan perubahan strategi ini membuat Makara Prima menjadi sebuah produk investasi yang menawarkan kelebihan berupa kestabilan investasi. Produk ini memiliki volatilitas rendah sehingga cocok untuk dibeli saat tren suku bunga meningkat. Selain itu, produk ini memiliki durasi yang relatif rendah sehingga dapat menghasilkan volatilitas yang lebih terkenal dibandingkan dengan indeks acuan obligasi pemerintah," terang Danica.

"Dengan keunggulan yang dimiliki tersebut, Reksa Dana ini cocok untuk profil nasabah konservatif-moderat. Kami berharap dengan perubahan strategi Makara Prima ini, kami dapat meningkatkan pertumbuhan dana kelolaan sebesar 15 persen hingga akhir tahun 2022 dengan target utama investor retail," imbuhnya.

Saat ini, Dana Kelolaan (AUM) Bahana TCW sendiri menunjukkan kinerja yang positif. Per Desember 2021, Bahana TCW termasuk 3 Besar dari 92 Manajer Investasi di Indonesia, dan mengelola Rp50,3 triliun Dana Kelolaan(AUM).

Bahkan Bahana TCW memperoleh predikat "Best Asset & Fund Manager in Indonesia" selama 7 tahun berturut-turut dalam ajang Alpha Southeast Asia Awards mulai 2015 hingga 2021.