Bagikan:

JAKARTA - VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengklaim, di tengah melonjaknya harga minyak mentah dunia sebagai dampak dari konflik Rusia - Ukraina, Pemerintah dan Pertamina terus menjaga daya beli masyarakat agar perekonomian tetap tumbuh.

Pemerintah telah memutuskan terus membantu masyarakat dengan menetapkan Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), agar harganya tetap terjangkau di kisaran Rp7.650 per liter. Begitu juga dengan biosolar harganya disubsidi Pemerintah sehingga tetap Rp5.150 per liter.

"Secara global, harga BBM dan LPG di Indonesia termasuk yang termurah di dunia karena disubsidi Pemerintah," ujarnya dalam keterangannya kepada media, Senin 11 April.

Selain LPG 3 kg, lanjut Fajriyah, harga Biosolar dan Pertalite pun dijaga stabil, tidak ada kenaikan. Hal ini untuk mendukung upaya stabilitas perekonomian nasional dan menghindari terjadinya kenaikan harga logistik, baik di angkutan barang maupun orang mengingat 2 Jenis produk ini merupakan BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, yaitu sebesar 83 persen dari total penjualan seluruh BBM retail Pertamina.

"Baik Biosolar maupun Pertalite merupakan jenis BBM yang mendapatkan dukungan dari Pemerintah dalam bentuk subsidi atau kompensasi, sehingga harganya tetap," jelas Fajriyah.

Seperti yang kita ketahui, setiap 1 liter Biosolar yang dibeli masyarakat, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp7.800. Nilai subsidi ini 150 persen atau 1,5 kali lebih tinggi dari harga yang dijual ke masyarakat sebesar Rp5.150.

Sedangkan setiap 1 liter Pertalite yang dibeli masyarakat, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp4.000-4.500 per liter. Nilai subsidi ini juga lebih dari 50 persen atau setengah dari harga jual ke masyarakat yang sebesar Rp7.650.

"Jika kita bandingkan harga rata-rata BBM di Asia, harga di Indonesia masih yang terendah," imbuhnya.

Berdasarkan data yang dimiliki Pertamina, ia merinci harga rata-rata BBM tertinggi di Singapura Rp30.208 per liter, disusul Laos Rp24.767 per liter, Filipina Rp20.828 per liter, Kamboja Rp20.521 per liter, Thailand Rp19.767 per liter, Vietnam Rp18.647 per liter, dan Indonesia rata-rata Rp16.500 per liter.

"Di bawah Indonesia memang ada Malaysia yang harga BBM nya relatif lebih rendah karena adanya perbedaan nilai subsidi," lanjut Fajriyah.

Sedangkan apabila menelisik harga BBM di negara-negara maju, sudah jauh lebih tinggi lagi. Harga tertinggi adalah Hong Kong Rp36.176 per liter, Finlandia Rp34.741 per liter, Jerman Rp34.454 per liter, Italia Rp34.510 per liter, Norwegia Rp33.162 per liter, Belanda Rp33.018 per liter, Yunani Rp32.733 per liter dan Portugal Rp31.728 per liter. Harga tersebut berdasarkan kurs Rp 14.357 per dolar AS.

"Mengacu pada data dan fakta di atas, wajar jika banyak pihak menyebut harga BBM Pertamina masih tergolong yang terendah di dunia. Dan tak hanya BBM, untuk LPG pun sama," ujar Fajriyah.

Ia merinci, setiap 1 tabung LPG 3 Kg yang dibeli masyarakat, Pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp33.750. Nilai subsidi ini pun lebih tinggi daripada harga jual LPG tersebut ke masyarakat.

Sebagai informasi, per Februari 2022, harga jual LPG di Singapura sekitar Rp32.000/kg, Filipina sekitar Rp27.000/Kg dan Vietnam sekitar Rp24.000/Kg. Untuk Thailand harga LPG Rp10.000/Kg dan Malaysia Rp6.500/Kg, karena harga LPG di kedua negara tersebut saat ini disubsidi oleh Pemerintah.