Bagikan:

JAKARTA - Demi memenuhi targetnya menjadi bank digital, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) harus menanggung kerugian hingga Rp3,05 triliun sepanjang 2021.

Menurut manajemen perseroan, kerugian tersebut akibat naiknya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang cukup signifikan. Adapun CKPN ditingkatkan untuk mendukung transformasi yang dijalankan perseroan, khususnya dalam peralihan dari bisnis legacy menjadi bank digital.

Bank yang sebelumnya bernama PT Bank BRI Agro Tbk ini juga tengah melakukan pengelolaan terhadap kredit tidak lancar yang berasal dari bisnis legacy.

"Transformasi bisnis Bank Raya dari bisnis legacy menuju pengembangan bisnis kredit digital telah menyumbangkan pertumbuhan pada penyaluran kredit digital melalui aplikasi PINANG (Pinjaman Tenang), yang mencapai Rp488 miliar pada akhir 2021 atau naik sebesar enam kali lipat dibandingkan periode sebelumnya," kata manajemen Bank Raya dikutip Antara, Jumat 1 April.

Hal ini memperlihatkan komitmen Bank Raya untuk dapat terus memperluas akses penyaluran kredit yang merata di Indonesia.

Secara keseluruhan, Bank Raya mencatatkan penyaluran kredit yang diberikan sebesar Rp11,61 triliun, menurun 40,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy) karena perubahan portofolio bisnis dari bisnis menengah ke bisnis digital.

Selain itu, Bank Raya mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp13,50 triliun atau turun sebesar 41,31 persen (yoy), yang mencerminkan kebijakan penurunan suku bunga simpanan yang diambil perseroan karena adanya penyesuaian kebutuhan dana akibat perubahan fokus bisnis.

Dari sisi biaya bunga, perseroan berhasil menjalankan bisnisnya dengan biaya bunga yang lebih efisien, sehingga terdapat penurunan beban bunga yang cukup signifikan pada akhir 2021, yaitu sebesar 40,80 persen (yoy) menjadi Rp773,62 miliar.

Penurunan ini diiringi dengan kegiatan operasional yang dapat dijalankan secara efisien, sehingga tanpa memperhitungkan CKPN atas aset, Bank Raya membukukan laba operasional sebelum pencadangan sebesar Rp582 miliar atau naik 53,18 persen (yoy).