Produsen Minuman Kemasan Cleo Milik Bos Cat Avian Konglomerat Hermanto Tanoko Targetkan Penjualan Rp1,43 Triliun di 2022, Ini Strateginya
Ilustrasi. (Foto: Dok. Cleo)

Bagikan:

JAKARTA - Produsen minuman kemasan Cleo, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) mencatatkan kenaikan laba bersih tahun berjalan sebanyak 36,1 persen menjadi Rp180 miliar pada 2021, dibandingkan periode sama tahun 2020 senilai Rp 132 miliar. Pertumbuhan perusahaan milik konglomerat Hermanto Tanoko ini ditopang oleh peningkatan penjualan didukung pengoperasian pabrik baru.

Berdasarkan laporan keuangan CLEO, perseroan mencatatkan kenaikan kinerja penjualan bersih 13,45 persen year on year (yoy), dari Rp972,63 miliar pada 2020 menjadi Rp1,10 triliun sepanjang 2021.

Wakil Direktur Utama Sariguna Melisa Patricia mengataan, pertumbuhan itu juga didukung keberhasilan perseroan dalam mempertahankan kepercayaan pelanggan, sehingga permintaan terus meningkat. Bahkan, guna memenuhi peningkatan permintaan, perseroan melanjutkan ekspansi dengan membuka pabrik di luar Jawa.

"Selain memperluas jangkauan distribusi, pembukaan pabrik ini menjadi upaya perseroan dalam melakukan penghematan biaya pengiriman. Adapun wilayah tersebut, yaitu wilayah Sumatera dan Kalimantan di mana biaya pengiriman ke wilayah tersebut cenderung tinggi," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa 29 Maret.

Selain itu, dia melanjutkan, perseroan menilai wilayah tersebut memiliki nilai strategis, sehingga dalam proses distribusi dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran serta perseroan juga berharap dengan ekspansi ini masyarakat Indonesia dapat menjangkau berbagai produk CLEO dengan mudah. Perseroan berkomitmen untuk terus berupaya mengembangkan bisnisnya dengan terus mencari peluang dan terus berusaha mengembangkan produk dengan berbagai inovasi lainnya.

"Ke depan, dengan kondisi perekonomian Indonesia yang kembali pulih dan tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan yang tinggi diharapkan menjadi peluang besar bagi bisnis perseroan," ujarnya.

Tahun 2022, produsen air minum dalam kemasan ini menargetkan pertumbuhan penjualan 30 persen. Salah satu strateginya dengan menghadirkan kemasan galon yang bebas Bisfenol-A (BPA). Sebelumnya, isu BPA pada AMDK menjadi polemik menyusul wacana revisi Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang mewajibkan produsen mencantumkan label kandungan BPA pada galon guna ulang (GGU) berbahan polikarbonat.

Melisa mengatakan, kemasan Sariguna Primatirta diproduksi dari bijih plastik murni yang bebas BPA dengan desain yang ramah lingkungan. Selain itu, CLEO merupakan bagian dari Tanobel Group adalah perusahaan pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat food safety management ISO 22000:2005.

"Air Kemasan CLEO dengan teknologi nano-filtrasi, menghasilkan air minum yang 20 kali lebih murni dengan kadar TDS (total dissolbed solid/zat terlarut) dibawah 10 ppm yang sangat baik untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Air murni CLEO memiliki rasa yang ringan, baik untuk kesehatan ginjal dan aman untuk berbagai kebutuhan keluarga Indonesia," kata dia.

Pasca ekspansi pabrik, kapasitas produksi perseroan bertambah menjadi 4,3 miliar liter per tahun. Saat ini, CLEO telah memiliki 27 pabrik pengolahan AMDK dengan jaringan distribusi yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, di antaranya Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

Jika target pertumbuhan penjualan 30 persen ini tercapai, ini berarti CLEO bakal meraup pendapatan Rp1,43 triliun di akhir tahun 2022. Pada 2021 lalu, kenaikan pendapatan ditopang kenaikan penjualan ke pihak berelasi dari Rp758,33 miliar pada 2020 menjadi Rp922,12 miliar pada 2021.

Sementara itu, penjualan ke pihak ketiga turun dari Rp214,29 miliar pada 2020 menjadi Rp181,40 miliar pada 2021. Kenaikan penjualan juga terjadi di hampir semua segmen, seperti penjualan air dalam kemasan botol yang naik Rp394,08 miliar menjadi Rp463 miliar pada 2021 dan penjualan air nonbotol yang naik dari Rp548,46 miliar menjadi Rp615,70 miliar.

Penjualan lain-lain tercatat turun dari Rp30,08 miliar pada 2020 menjadi Rp24,72 miliar pada 2021.