Benarkah Biaya Pemakaian Kompor Listrik Lebih Murah dari LPG? Emak-Emak, Mari Kita Simak Penjelasan Pengamat Berikut Ini
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Harga minyak dunia yang terus naik membuat harga acuan LPG yaitu CP Aramco terus mengalami kenaikan hingga menyentuh di level 900 dolar AS per metrik ton. Sementara itu ketergantungan Indonesia kepada impor gas masih terbilang cukup tinggi, hingga meningkat 65 persen.

Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengungkapkan, ketergantungan ini dapat menyebabkan peningkatan defisit neraca perdagangan. Untuk itu ia menyarankan masyarakat untuk menggunakan kompor induksi sebagai pengganti LPG.

“Melalui penggunaan kompor induksi, dapat membantu pemerintah dalam menghemat anggaran di APBN kita. Selain itu, penggunaan kompor induksi merupakan upaya untuk membangun kemandiri energi,” jelas Mamit, Rabu 16 Maret

Mamit menyampaikan, impor LPG dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan konsumsi yang terus naik. Pada tahun 2024, impor LPG bisa mencapai Rp67,8 triliun.

“Dengan beralih ke kompor induksi, ketergantungan terhadap impor LPG bakal berkurang secara bertahap sehingga bakal mendorong kemandirian energi. Tak hanya itu, masalah defisit transaksi berjalan atau (current account defisit/CAD) akibat impor LPG secara perlahan juga dapat diselesaikan,” kata Mamit.

Mamit menjelaskan, selain untuk mengurangi angka impor, langkah konversi ini juga bakal menekan subsidi LPG dalam APBN yang terus membengkak. Pada tahun ini saja pemerintah menganggarkan Rp61 triliun untuk subsidi LPG dengan asumsi ICP 63 dolar AS per barel. Per Februari 2022, ICP sudah menyentuh dilevel 95,72 dolar AS per barel.

"Kenaikan ini akan berdampak terhadap beban subsidi LPG dimana setiap kenaikan 1 dolar AS ICP maka beban subsidi LPG akan meningkat sebesar Rp1,47 triliun. Jadi bisa dibayangkan berapa beban penambahan untuk subsidi LPG 3 kg saat ini,” urai Mamit

Menurut Mamit, konsumsi menggunakan kompor induksi, jika dibandingkan 1 kg LPG adalah sebesar 7,1 kWh. Artinya, dengan memakai kompor listrik masyarakat hanya perlu merogoh kocek Rp10.266, yang setara dengan 1 kg LPG Non subsidi dengan harga Rp15.500 per kg.

Dengan asumsi pemakaian 1 bulan sebanyak 9 kg, maka biaya yang dikeluarkan rumah tangga mencapai Rp139.500. Sedangkan pemakaian 1 bulan kompor induksi setara dengan 64,7 kWh atau hanya Rp93.556.

“Artinya, penggunaan energi LPG lebih mahal Rp45.944 per bulan jika dibandingkan dengan penggunaan kompor induksi,” pungkas Mamit.