Di Webinar KHS, Mitratel Sebut Bakal Agresif Bangun Tower di Luar Pulau Jawa
Foto: Dok. Mitratel

Bagikan:

JAKARTA - PT Kanaka Hita Solvera kembali menyelenggarakan webinar Traders Wave by B-Trade yang mengulas market outlook bagi para investor dengan tema Investasi Aman, Tenang & Tumbuh. Webinar ini juga berkolaborasi dengan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau MTEL untuk melihat prospek kinerja Perseroan ke depannya.

Dalam market outlook kali ini, B-Trade memprediksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk jangka menengahnya bisa menciptakan rekor baru di level 7.500 dan setelah itu Indeks akan kembali mengalami koreksi.

Founder B-Trade Wijen Pontus mengungkapkan ada beberapa faktor yang membuat dirinya optimistis dalam jangka menengah IHSG bisa tembus ke level 7.500. Pertama, sentimen positif datang dari laporan keuangan emiten tahun 2021 dimana ia memperkirakan kinerjanya mengalami peningkatan sangat signifikan.

"Untuk sentimen positif masih datang dari laporan keuangan emiten annual 2021, yang harusnya banyak yang positif dan naik secara YOY," ungkap Wijen saat Webinar Traders Wave by B-Trade, Sabtu 12 Maret lalu.

Ia pun menambahkan, dalam kurun waktu 2 pekan kedepan Indeks Harga Saham Gabungan akan berada di rentang level 7.000. Level tersebut merupakan support bagi IHSG, sebelum akhirnya nanti akan kembali terkoreksi.

"Oleh karena itu target jangka pendeknya 7.200 dan 7.300, tapi untuk jangka menengahnya di 7.500-an, kemudian IHSG akan turun lagi ke level 6.484," lanjut Wijen.

Sementara itu di tempat yang sama, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, emiten infrastruktur menara yang diwakili oleh Direktur Investasi nya Hendra Purnama mengungkapkan, tahun 2022 perseroan akan lebih agresif lagi dalam mengembangkan bisnis towernya ke luar Pulau Jawa. Pasalnya, penyebaran tower di luar Pulau Jawa hampir 58 persen sehingga ini menjadi kesempatan bagi MNO untuk menggelar jaringannya.

"Penyebaran tower 58 persen ada di luar Jawa, dan merupakan daerah pertumbuhan baru sehingga, ini membuka oportunity kepada MNO menggelar jaringannya diluar pulau jawa," ungkap Hendra.

Lebih lanjut Hendra menambahkan, dengan agresifnya perseroan memperluas bisnis tower di luar Pulau Jawa diharapkan bisa memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan pada akhir tahun 2022.

"Untuk guidance di 2022 ini kami menargetkan 10 persen dari sisi revenue, dari sisi EBITDA peningkatan 13 persen itu bisa dicapai ketika kita memiliki capex Rp9,9 triliun," jelas Hendra.

Hendra pun optimistis setiap tahunnya growth bisnis di industri tower telekomunikasi bisa tumbuh 11 persen. Angka tersebut melebihi dari growth industri tower secara nasional yang tumbuhnya baru 5 persen.

"Growth industri tower nasional 5 persen karna memang industri ini memiliki kontrak jangka panjang dan growth kami sampai 2025 11 persen per tahunnya," tutup Hendra.