Bagikan:

JAKARTA - Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef, M Rizal Taufikurahman mengungkapkan konflik antara Rusia dan Ukraina akan berdampak pada aspek ekonomi di Indonesia. Menurutnya, meski minim, konflik ini akan mendorong kenaikan harga komoditas dan konsumsi rumah tangga Indonesia.

"Harga minyak akan mengalami kenaikan, meskipun sejak sebelum perang juga perkiraannya akan mengalami tren kenaikan, apalagi setelah perang. kenaikannya mungkin 1,14 persen," ujar Rizal dalam Diskusi Publik INDEF Perang, Harga Minyak dan Dampaknya bagi Ekonomi dan Bisnis di Indonesia, Rabu, 2 Februari.

Rizal menambahkan, kenaikan harga minyak juga tentunya akan berdampak pada sektor transportasi yang juga terhubung dengan pasar komoditas yang lain yang tentu akan berpengaruh pada optimalisasi dan produksi komoditas.

"Semua sektor yang direct menggunakan BBM tentu saja akan terdampak karena termasuk logistik dan transportasi," kata dia.

Lebih lanjut Rizal memperkirakan kenaikan harga juga akan terjadi pada beberapa komoditas yang mulai mengalami kenaikan harga yaitu pangan, makanan olahan, hingga gas.

"Hampir semua sektor akan naik yang didorong transmisinya dari oil, karena minyak itu pengaruhnya terhadap hampir semua sektor. Termasuk daging yang sudah mulai naik menghadapi puasa dan lebaran. Inflasi sangat mungkin akan terjadi," kata dia.

Rizal meminta pemerintah untuk melakukan langkah antisipatif terkait dampak yang akan ditimbulkan dari perang antara Rusia-Ukraina yang berimbas pada perekonomian nasional.

"Perang ini unpredictable. Kita tidak tahu kapan akan berakhir, maka pemerintah perlu lakukan langkah pencegahan agar hal ini jangan sampai terjadi. Kemungkinan terjadi kenaikan berbagai harga komoditas yang sangat memungkinkan dalam jangka pendek," imbuhnya.