JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran buka suara terkait dugaan permainan hasil tes PCR. Peristiwa ini disebut dialami WN Ukraina yang lantas mengadu ke Menparekraf Sandiaga Uno.
Maulana prihatin terhadap tuduhan sepihak yang menyatakan ada yang sengaja membuat hasil tes PCR positif. Dia juga meminta Kementeran Parekraf untuk membuktikan jika terdapat oknum sehingga tidak mendiskreditkan hotel yang melayani karantina bagi pelaku perjalanan dari luar negeri.
"Kalau ada oknum, buktikan siapa orangnya! Supaya tidak diskreditkan hotel karantina yang jumlahnya hanya 130 dari total 30000 hotel yang ada di Indonesia. Nggak ada buktinya dan jauh sekali dari perilakuhotel,"ujarnya kepada VOI, Semin, 31 Januari.
Pihaknya juga sudah melakukan review terkait laporan WNI asal Ukraina tersebut dan membantah adanya mafia karantina. Menurutnya, untuk hasil te PCR bukan wewenang hotel melainkan pihak laboratorium yang mengambil sample dan melakukan uji di lab.
"Permainan hotel covidkan itu mustahil sekali. Kan bisa dilihat di aplikasi PediliLindungi," kata dia.
Maulana mengatakan pihak hotel melakukan tugasnya dengan diawasi secara ketat oleh pihak berwenang. Sedangkan pihak yang bertanggung jawab terkait regulasi karantina di hotel adalah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) karena memiliki wewenang untuk mengeluarkan surat pernyataan sudah selesai karantina.
"Jadi kalau positif selama karantina akan kita pindahkan ke hotel isolasi. Perlu digarisbawahi bahwa hotel karantina dan hotel isolasi itu berbeda," tegasnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, pada Sabtu, 29 Januari, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengunggah adanya dugaan oknum yang mengambil keuntungan di balik aturan karantina terhadap pelaku perjalanan luar negeri.
Dalam unggahan tersebut, disebutkan seorang wisatawan asal Ukraina yang akan berlibur di Bali mendapatkan hasil tes PCR positif di hari akhir karantina.
"Saya tidak akan segan untuk menindak tegas oknum-oknum yang mencoba mengambil keuntungan namun mencoreng nama baik Indonesia." kata Sandiaga