Bagikan:

JAKARTA - Ada pendekatan khusus yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam penataan Kawasan Mangrove Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali. Secara khusus, Kementerian PUPR menekankan seminim mungkin penggunaan bahan beton dan sebaliknya lebih mengoptimalkan material alami.

Wakil Menteri PUPR John Wempi Wetipo mengatakan strategi ini diambil dalam rangka menyambut KTT G20 di Bali dan Hari Peduli Sampah Nasional Tahun 2022.

Menurut John, pihaknya mulai menata Kawasan Mangrove Tahura Ngurah Rai pada Januari 2022 dan ditargetkan selesai September 2022. Sehingga pada Oktober 2022 bisa digunakan sebagai showcase mangrove.

"Agar tidak merusak mangrove, Kementerian PUPR akan mengoptimalkan penggunaan material bambu, kayu dan unsur alami lainnya serta mengurangi penggunaan bahan beton," ujarnya dalam siaran pers dikutip Senin, 31 Januari.

Diterangkan oleh Wempi bahwa lingkup pekerjaan penataan Kawasan Mangrove Tahura Ngurah Rai antara lain pembangunan gerbang masuk, area drop off, wantilan, tracking mangrove, area persemaian, area penerima (lobby, ticketing, kantor penerima), menara pandang, viewing deck ke arah Teluk Benoa, dan area parkir di sekitar Waduk Muara.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Lingkungan hidup Alue Dohong menjelaskan mangrove merupakan ekosistem yang berfungsi sebagai habitat beberapa spesies hewan laut dan burung serta dapat mencegah erosi dan abrasi pantai.

"Mangrove memiliki nilai ekologi, nilai ekonomi, dan nilai sosial yang tinggi, sehingga harus selalu kita jaga salah satunya dengan cara pengendalian sampah," tuturnya.

Pada acara tersebut juga dilakukan Aksi Bersih Mangrove, penanaman pohon sebanyak 220 batang, serta pelepasan 5.000 benih ikan nila di Waduk Muara Nusa Dua.

Turut hadir mendampingi Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa, dan Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali Ni Luh Made Wiratmi.