Miris! Pandemi COVID-19 Bikin Hancur-hancuran, Pesawat Garuda Indonesia yang Beroperasi Kurang dari 40 Unit
Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Industri penerbangan menjadi salah satu sektor yang terdampak imbas pandemi COVID-19, termasuk Garuda Indonesia. Pesawat yang dioperasikan Garuda kurang dari 40 unit. Namun, direncanakan bakal ditambah menjadi 66 unit di tahun 2022 ini.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan dari 140 unit pesawat yang dimiliki, hanya 40 pesawat yang beroperasi. Jumlah tersebut disesuaikan dengan kondisi pasar dan permintaan layanan penerbangan.

Lebih lanjut, Irfan berharap penyelesaian restrukturisasi yang tengah dijalani Garuda Indonesia bisa selesai dengan baik, termasuk negosiasi dengan lessor. Ia juga berharap dengan peningkatan traffic penumpang bisa menambah jumlah pesawat yang beroperasi.

"Tentu saja hari ini kita di bawah 40 pesawat per hari dari total sebenarnya di kita tercatat ada 140 dan tentu saja kita berharap dengan peningkatan traffic, juga penyelesaian restrukturisasi dan negosiasi dengan lessor, dan kemudian pendanaan-pendanaan baru ke depan mudah-mudahan kita bisa menambah terus," ucapnya, dalam sesi wawancara dengan stasiun TV Beritasatu, dikutip Jumat, 14 Januari.

Irfan juga berharap di tahun ini jumlah pesawat yang beroperasi bisa meningkat diangkat 66 unit. Dirinya juga menargetkan menambah frekuensi penerbangan pada rute-rute milik Garuda.

"Kita sih berharap 2022 ini kita akan bisa berjalan dengan 66 pesawat dan ini kita sudah sampaikan. Jadi staytune kita tentu saja akan menambah terus frekuensi dan rute-rute pelayanan kita," jelasnya.

Fokus garap rute domestik

Irfan juga mengatakan akan mengoptimalkan rute domestik. Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang ingin Garuda fokus pada pasar domestik.

"Jadi sesuai dengan permintaan dan arahan Pak Menteri kita akan sangat fokus ke domestik. Kedua, untuk internasional kita hanya akan melayani rute-rute dengan frekuensi terbatas dan menguntungkan, dan fokus ke kargo," katanya.

Kata Ifran, rute internasional yang dipertahankan yang memang jelas menguntungkan. Hal ini dilakukan untuk menjaga keuangan Garuda tetap stabil di masa pandemi COVID-19 ini.

"Kalau dilihat hari ini jumlah penumpang antar negara yang sangat terbatas kami sekarang tetap menghubungkan destinasi yang secara tradisional dilayani oleh Garuda. Tapi mayoritas isinya kargo, Sidney, Hong Kong dan kota lainnya, dan kita kurangi frekuensinya sehingga kita bisa menjaga sisi finansialnya," ucapnya.

"Tetapi tetap memastikan bahwa kami terhubung karena banyak sekali warga kita di luar negeri tetap ingin pulang, dan warga asing di Indonesia tetap kembali ke negaranya. Itu tentu saja kita pastikan tetap berlangsung," sambungnya.