JAKARTA - Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Nusa Tenggara Barat Zainal Abidin mengatakan proses pembangunan konstruksi pabrik pengolahan bijih mineral hasil tambang (smelter) di Kabupaten Sumbawa Barat diperkirakan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.000 orang.
"Sekitar angka 2.000 pekerja yang dibutuhkan untuk pembangunan konstruksi smelternya. Nanti yang lain-lain banyak, seperti pembangkit (power) dan infrastruktur lainnya," kata Zainal di Mataram, dikutip dari Antara, Senin 10 Januari.
Ia mengatakan berdasarkan hasil verifikasi PT Sucofindo selaku lembaga verifikator independen, proses persiapan pembangunan smelter oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sudah berjalan sebesar 27,56 persen.
Persiapan pembangunan yang sudah berjalan meliputi masalah lahan, detail engineering design (DED), dan nota kesepahaman pembangunan smelter antara PT AMNT dengan perusahaan dari China selaku mitra bisnisnya.
Zainal menambahkan PT Sucofindo akan melakukan verifikasi kembali pada Januari 2022. Hasil verifikasi itu yang menentukan untuk mendapatkan kuota ekspor konsentrat hasil tambang.
"Rencana mobilisasi peralatan dan personel untuk pembangunan camp pada Januari, dilanjutkan dengan pembangunan smelter dan fasilitas pemurnian lumpur anoda (PMR) pada April 2022 dengan target rampung pada 2023," ujarnya.
BACA JUGA:
Ia meyakini pembangunan smelter akan benar-benar terwujud karena PT AMNT selaku perusahaan pertambangan yang beroperasi di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, sudah menjalin kesepakatan dengan investor dari China.
Menurut Zainal dengan adanya smelter di Kabupaten Sumbawa Barat, bisa memicu pertumbuhan industri turunan hasil pengolahan konsentrat tembaga. Ada juga industri turunan lain dari aktivitas pengolahan bijih mineral hasil tambang, berupa pupuk dan semen seperti di smelter yang ada di Gresik, Jawa Timur.
"Smelter itu bagian dari salah satu kawasan industri di NTB. Akan banyak nilai tambah yang muncul. Dan daerah di sekitar lokasi tambang akan bisa menjadi kota baru," katanya.