JAKARTA - PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) berhasil meraih pertumbuhan kinerja yang signifikan di sembilan bukan pertama tahun ini. Pendapatan dan laba perusahaan milik Rudy Tanoesoedibjo ini meroket di kuartal III 2021.
Kenaikan tersebut terjadi pasca ZBRA diakuisisi Rudy Tanoesoedibjo dan backdoor listing PT Dos Ni Roha (DNR). Dalam laporan keuangan ZBRA, dikutip Selasa 7 Desember, pendapatan ZBRA melesat 29.813 persen menjadi Rp2,65 triliun di kuartal III 2021 dibandingkan dengan Rp8,86 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Beban pokok penjualan juga turut meningkat menjadi Rp2,26 triliun dari Rp7,56 miliar. Dengan laba bruto meningkat menjadi Rp386,39 miliar dari Rp1,29 miliar.
Beban-beban lainnya juga turut meningkat, seperti beban penjualan yang naik menjadi Rp62,28 miliar dari sebelumnya tidak ada, beban umum dan administrasi yang melonjak menjadi Rp228,94 miliar dari Rp2,79 miliar, beban keuangan yang naik menjadi Rp81,1 miliar dari sebelumnya tidak ada.
Alhasil, laba sebelum pajak penghasilan meningkat menjadi Rp39,19 miliar per kuartal III 2021 dibandingkan dengan Rp143,54 juta per kuartal yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp30,97 miliar naik 32.513 persen dibandingkan dengan periode 9 bulan tahun lalu Rp94,98 juta.
BACA JUGA:
Jumlah aset pun meningkat 522 kali lipat menjadi Rp3,13 triliun per 30 September 2021 dibandingkan dengan Rp6,68 miliar per akhir tahun lalu. Rinciannya, jumlah aset lancar naik menjadi Rp2,59 triliun dari Rp1,22 miliar, sedangkan aset tidak lancar naik menjadi Rp544,59 miliar dari Rp5,46 miliar.
Di sisi lain, jumlah liabilitas juga meningkat 103,8 kali lipat menjadi Rp1,78 triliun per kuartal III 2021 dari Rp17,3 miliar per 31 Desember 2020. Rinciannya, jumlah liabilitas jangka pendek naik menjadi Rp1,71 triliun dari Rp14,88 miliar, sedangkan liabilitas jangka panjang naik menjadi Rp73,33 miliar dari Rp2,42 miliar.
Posisi ekuitas ZBRA juga mengalami perbaikan, jumlah ekuitas menjadi Rp1,35 triliun dari sebelumnya yang mengalami defisiensi modal atau negatif Rp10,62 miliar.